//

CIRI-CIRI AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH SEPUTAR NABI SAW, KELUARGA, DAN SAHABATNYA




A. SEPUTAR NABI SAW

Nabi Muhammad SAW adalah makhluk Allah yang paling mulia, melebihi para nabi dan rasul, malaikat, jin, ‘arsy, surga dan neraka, dan makhluk Allah lainnya.
Beliau adalah nabi terakhir yang diutus oleh Allah SWT. Allah berfirman:

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (Al-Ahzaab: 40)

Beliau adalah manusia yang maksum, yaitu terjaga dari kesalahan baik dosa kecil maupun dosa besar. Karena kebenaran syariat yang disampaikannya sangat tergantung dengan kemaksuman penyampai.
Beliau adalah nabi yang diutus kepada seluruh bangsa dan umat manusia. Allah berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan.” (Saba` : 28)

Ahlussunnah juga mengakui bahwa Allah telah memberikan berbagai mukjizat untuk membuktikan kebenaran risalah yang dibawanya. Diantara mukjizat tersebut adalah Alquran, peristiwa Isra` dan Mi’raj, terbelahnya bulan, kemampuan berbicara dengan tumbuhan, hewan dan benda mati, mengeluarkan air dari celah jemarinya, dan lain sebagainya.

Kita juga meyakini bahwa beliau memiliki berbagai keistimewaan dan kekhususan dalam hukum syariat yang hanya Allah berikan untuknya. Diantara kekhsususan itu adalah kebolehan menikah lebih dari empat, kewajiban melaksanakan shalat malam, kebolehan menikah melalui penghadiahan diri seorang perempuan kepadanya, diampuni seluruh dosanya baik yang dahulu maupun yang akan datang, hak memberi syafaat, dan lain-lain.


B. SEPUTAR KELUARGA NABI SAW

Kecintaan dan penghormatan kepada keluarga Nabi SAW (ahlul bait) adalah salah satu bentuk bukti keimanan dan kecintaan seorang muslim kepada beliau. Ahlul bait adalah semua keturunan beliau melalui puterinya, Fathimah RA. Allah berfirman:

قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى

“Katakanlah: “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam keluarga.” (Asy-Syuuraa: 23).

Nabi SAW bersabda:

أَحِبُّوْا اللهَ لِمَا يَغْذُوْكُمْ بِهِ مِنْ نِعَمِهِ، وَأَحِبُّوْنِيْ لِحُبِّ اللهِ، وَأَحِبُّوْا أَهْلَ بَيْتِيْ لِحُبِّيْ

“Cintailah Allah karena nikmat-nikmat-Nya yang diberikan pada kalian, cintailah aku karena kecintaan kalian kepada Allah, dan cintailah keluargaku karena kecintaan kalian kepadaku.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Hakim).

Allah SWT sangat memuliakan keluarga Nabi SAW sehingga ingin menyucikan mereka dari keburukan dan dosa. Allah berfirman:

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al-Ahzaab: 33).

Allah telah mengistimewakan mereka dengan beberapa hukum yang tidak diberikan kepada manusia lain, seperti memberikan bagian dari harta rampasan perang (QS. Al-Anfaal: 41), dan melarang mereka menerima dan memakan harta zakat karena zakat merupakan harta kotor manusia sehingga tidak pantas diberikan kepada mereka.

Imam Syafii berkata dalam sebuah bait syair yang sangat terkenal:

يَا أَهْلَ بَيْتِ رَسُوْلِ اللهِ حُبُّكُمْ # فَرْضٌ مِنَ اللهِ فِي اْلقُرآنِ أَنْزَلَهُ

“Hai Ahlu Bait Rasulullah, cinta kepada kalian adalah kewajiban dari Allah dalam Alquran yang diturunkan-Nya.”

كَفَاكُمْ مِنْ عَظِيْمِ الْقَدْرِ أَنَّكُمْ # مَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيْكُمْ لاَ صَلاَةَ لَهُ

“Cukuplah bagi kalian bukti ketinggian derajat kalian, yaitu siapa saja yang tidak membaca shalawat kepada kalian maka doanya tidak diterima”.


C. SEPUTAR SAHABAT NABI SAW

Sahabat adalah semua orang yang pernah bertemu Nabi SAW dan beriman kepadanya serta mati dalam keadaan iman. Mereka adalah generasi terbaik umat ini dan mata rantai utama dalam penyampaian risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. Mencela dan apalagi mengkafirkan mereka merupakan tindakan yang sangat buruk karena berakibat pada penodaan kemurnian syariat yang mereka ajarkan pada generasi selanjutnya. Rasulullah SAW bersabda:

اَللهَ اَللهَ فِي أَصْحَابِي، لاَ تَتَّخِذُوْهُمْ غَرْضاً بَعْدِي، فَمَنْ أَحَبَّهُمْ فَبِحُبِّي أَحَبَّهُمْ، وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ فَبِبُغْضِي أَبْغَضَهُمْ، وَمَنْ آذَاهُمْ فَقَدْ آذَانِي، وَمَنْ آذَانِي فَقَدْ آذَى اللهَ تَبَارَكَ اللهُ وَتَعَالَى، وَمَنْ آذَى اللهَ فَيُوْشِكُ أَنْ يَأْخُذَهُ

“Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah, dalam perkara sahabatku. Janganlah kalian menjadikan mereka sasaran (pencelaan) setelahku. Barang siapa menyintai mereka maka karena kecintaan kepadakulah ia menyintai. Dan barang siapa yang membenci mereka maka karena kebencian kepadakulah ia membenci. Barang siapa yang menyakiti mereka maka telah menyakiti diriku. Dan barang siapa yang menyakiti diriku maka ia telah menyakiti Allah SWT. Dan barang siapa yang menyakiti Allah maka sangat dekat Dia akan menghukumnya.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Baihaqi).

Ahlussunnah menganggap semua konflik yang pernah terjadi diantara mereka harus dimaknai sebagai bentuk ijtihad dari mereka. Dan seorang mujtahid akan tetap mendapatkan pahala dan keridhaan dari Allah meskipun hasil ijtihad mere ka tidak sesuai dengan kebenaran.

Wallahu A’lam.

Sumber : http://ahmadghozali.com 

abdkadiralhamid@2016

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "CIRI-CIRI AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH SEPUTAR NABI SAW, KELUARGA, DAN SAHABATNYA"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip