//

Dalam mengsikapi perbedaan pandangan SUNNI,SYIAH,&WAHABI



Dalam mengsikapi perbedaan pandangan SUNNI,SYIAH,&WAHABI

Sebaiknya disikapi dengan bijak dan dewasa serta berakhlak, tdk dengan saling cacimaki karena itu bukan SOLUSI yg baik dan hanya akan memperkeruh suasana.

Ajaran Rasulullah saw yg turun temurun dari generasi ke generasi di kalangan anak cucunya yg biasa dikenal TARIQAH ALAWIYAH, merupakan Ajaran Murni Islam dan menjadi Sumber Rujukan semua mazhab, tdk tersekat dalam satu kelompok atau golongan tertentu....Sangat Picik dan merupakan pandangan yg sangat KELIRU, jika ada yg menclaim milik satu golongan atau mazhab tertentu saja....
Dari segi sanad, Apa yg diajarkan Rasulullah kepada keluarganya dan para sahabatnya yg terus menurun ke generasi sekarang, semuanya dari satu sumber yg sama. Begitupun semua mazhab yg ada bersumber dr pokok yg sama. Sangat salah jk ada yg mengklaim salah satu keturunan nabi yakni Al Imam Ja'far ash-Shadiq ra, yg merupakan guru dr Imam hanafi dan trus diturunkan ke para mujtahid2 yg lain adalah hanya milik satu golongan saja. Jadi intinya, Ajaran ISLAM terkandung ilmu yg begitu SANGAT LUAS untuk dikaji....

Perbedaan pandangan dalam islam mulai terjadi akibat masa generasi yg mulai jauh dan langkahnya sumber2 cahaya ilmu, dimana semakin banyaknya para sahabat perawi hadist yg meninggal di masa itu, sehingga mendorong para tokoh Mujtahid untuk mengumpulkan hadist2 yg begitu banyak jumlahnya dari berbagai sumber perawi2 yg ada, dalam upaya menyambungkan ajaran mulia sehingga tdk terputus untuk generasi2 selanjutnya. Para tokoh mujtahid ini mengumpulkan dan merangkai hadist2 ini sesuai dengan ijtihadnya masing2 (Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali) sehingga terbentuklah apa yg disebut MAZHAB. Para tokoh2 inilah yg menyelamatkan AQIDAH kita dari generasi ke generasi. (Ahlussunnah Wal Jamaah)

Mungkin sangat mustahil, jika ada yang memahami ajaran islam dengan rentang masa waktu yg panjang, tanpa bertakliq pada satu mazhab, itulah yang menjadi factor mengapa kita WAJIB bertakliq pada satu mazhab (Satu Pemikiran). Jadi jika ada satu golongan yang mengaku tidak bermazhab, perlu diragukan sanad keilmuannya. Begitu pula dalam beretika dalam bermazhab, tdk boleh mencampur adukkan mazhab satu dengan yg lainnya karena dasar pemikiran (ijtihad) yang berbeda. Perbedaan mazhab pun hanya berkisar pada hal2 yg bersifat Furu'iyah.

Tidak dipungkiri dalam perjalanan sejarah islam, banyak terjadi peristiwa2 kelam semenjak meninggalnya Pegangan Umat Islam, Tauladan yang terbaik, Rasulullah saw, yang mengakibatkan perpecahan umat, khususnya saat terjadi perang shiffin, yang dipicu kepentingan politik dan kekuasaan. Dimasa itu Umat terbagi 3 kelompok yaitu :

1.     Kelompok (Syiah/Pengikut) Sayyidina Ali kwa, yang kemudian pecah lagi menjadi 2 bagian yakni pengikut setianya dan Khawarij (kelompok yg berkhianat) yang menolak tahkim di perang shiffin yg telah banyak menewaskan banyak sahabat di kedua belah pihak.

2.     Kelompok (Syiah/Pengikut) Muawiyah

3.     Kelompok Netral (Tidak Berpihak), diantaranya putra sayyidina Umar ra, yakni Abdullah bin Umar ra.

Sengaja penulis tidak jauh berbicara panjang tentang sejarah disaat itu, sebagaimana sikap yang telah diambil para sholafunasholihin untuk lebih bersikap diam dan takut fitnah dan menyerahkan semua kepada sang Khaliq dan membiarkan menjadi bagian sejarah. Meskipun banyak cerita-cerita yg berkembang tentang seputar kejadian itu dari berbagai sumber dan versi masing2 kelompoknya.

Sepanjang sepengetahuan penulis, masing2 kelompok berusaha saling memperkuat eksistensinya dengan melakukan berbagai upaya, merekayasa hadist2, fatwa ulama dan cerita-cerita dengan versinya masing demi kepentingan kelompoknya masing-masing, dan itu terus berlanjut ke para pengikutnya hingga generasi sekarang. Meskipun juga ada yang mengkajinya dengan berdasarkan ijtihad pemikiran tokoh2 kelompok mereka masing2.

Akibat dari kepentingan Politik dan Kekuasaan ini, dalam mempertahankan kelompok masing2, perbedaan ini melebar dan meluas hingga memasuki ranah Aqidah. Dan terus berlanjut hingga terjadi perang pemikiran (Ghazwul Fikri) antar masing2 kelompok, hingga muncullah kelompok “pembaharu islam” yang berusaha meluruskan berbagai persoalan dari perang pemikiran itu, yg dipelopori oleh Al-Hasan Al-Bashri, dan dilanjutkan penerusnya oleh Abu al-Hasan al-Asy'ari dan Abu Musa al Maturidi yg kemudian dikenal kelompok penengah Ahlussunnah Wal Jamaah, Kelompok yang hati2 dalam bersikap dan tidak mudah dalam mengkafirkan.

Adapun Syiah/Pengikut Sy Ali kwa, semenjak ditinggalkan pemimpinnya, juga ikut dalam pergulatan perang pemikiran. Dalam sepanjang sejarah, Kelompok ini terpecah lagi menjadi beberapa golongan sesuai dengan marja' taklidnya. Kadangkala dalam kalangan syiah, akibat perbedaan pandangan (ijtihad pemikiran tokoh2 syiah), mereka saling mengkafirkan satu sama yg lain, dan bahkan ada juga kelompok2 syiah yg terlalu jauh menyimpang dari “ajaran”  pemimpinnya Sy Ali kwa. Kelompok ini berkembang pesat disaat Revolusi Iran terjadi. Khususnya dikalangan para pemuda yg sangat mengagumi ketokohan Imam Khomeini yg membangkit Kejayaan Umat Islam dari Imperialisme Barat, yang lama jatuh sejak jatuhnya Dinasti Ostmaniah.

Begitupun juga terjadi dalam kelompok Khawarij yg kecewa dengan keputusan tahkim perang shiffin, dan berkhianat pada kepemimpinan Sayyidina Ali kwa. Kelompok ini juga terpecah menjadi beberapa golongan dan terus berkembang. Dari kelompok inilah lahir pemikiran Wahabi yang kita kenal sebagai kaum Saalafi.

Dalam sejarah kekhalifahan, perbedaan pandangan ini terus mempengaruhi Zaman Dinasti Kekhalifaan dari kelompok2 yg berkuasa pada saat itu, sejak dari Dinasti Muawiyah hingga Dinasti Ostmaniyah…..

Sedangkan dari keturunan keluarga Rasulullah lebih banyak menghindar dari lingkaran kekuasaan dan lebih memilih hidup menyepi jauh dari fitnah2 (perang pemikiran) yang tersebar. Banyak dari kelompok2 golongan lain yang cinta thd dunia dan kekuasaan, tidak ingin melihat keluarga nabi kembali dalam lingkaran kekuasaan sehingga banyak keturunan keluarga nabi dikejar dan dibunuh. Akibat fitnah yg besar disaat itulah yang mendasari banyak keturunan keluarga nabi hijrah, ada yang tetap di basyrah, oman, maroko, tunisia dll. Sedangkan Keluarga besar Al Imam Muhajir hijrah dari basyrah hingga ke Hadramaut. Berkata Muhammad bin Salim: " Daerah yang pertama kali disinggahi Imam Ahmad adalah Jubail di mana penduduknya mempunyai sifat yang baik dan mereka menerima dengan senang hati kedatangan Imam Ahmad. Negeri Jubail terletak di Wadi Du'an yang penduduknya bermadzhab Ahlussunnah dan Syi'ah yang dikelilingi oleh penganut madzhab Ibadiyah (Khawarij). Selama di Hadramaut, beliau memerangi kaum Ibadhiyah dan kaum Qaramithah, tanpa senjata. Masuknya beliau ke Hadramaut dan menetap disana banyak mendatangkan jasa besar. Sehingga berkata seorang ulama besar, Al-Imam Fadhl bin Abdullah bin Fadhl, 

“Keluar dari mulutku ungkapan segala puji kepada Allah. Barangsiapa yang tidak menaruh rasa husnudz dzon kepada keluarga Ba’alawy, maka tidak ada kebaikan padanya.”  

Hadramaut menjadi mulia berkat keberadaan beliau dan keturunannya disana. Sulthanah binti Ali Az-Zabiidy (semoga Allah merahmatinya) telah bermimpi bertemu Rasulullah SAW, dimana di mimpi tersebut Rasulullah SAW masuk ke dalam kediaman salah seorang Saadah Ba’alawy, sambil berkata, 

“Ini rumah orang-orang tercinta. Ini rumah orang-orang tercinta.”


dan dimasa keturunannya yakni Alimam
Al Fagih Al Muqoddam menjauhi penggunaan senjata untuk menekuni ilmu dalam suasana damai. Tarekat yang dianut oleh Alfagih Al Muqaddam dan pengikutnya adalah  “Atthariqah Al-Alawiyah” yang dasarnya adalah mengikuti apa yang tersurat di dalam Alkitab (Alqur’an) dan Assunnah (ajaran Nabi), meneladani tokoh-tokoh Islam kurun per­tama (para sahabat dan tabi’in). Itulah yang di­nyatakan di dalam kitab-kitab mereka, ceramah dan nasihat agama, dan surat menyurat mereka antara yang satu dengan yang lain, serta dikuatkan pula oleh perilaku dan tindak tanduk Salaf Al­ alawiyin.

Hal ini diungkapkan oleh salah seorang tokoh Alawiyin yaitu Habib Abdullah Al Haddad dalam sebuah bait syair sebagai berikut :
Berpegang teguhlah engkau dengan Kitab Allah,ikutilah Sunnah nabi Serta teladanilah para Salaf terdahulu Semoga Allah memberi engkau petunjuk-Nya

Kedua tokoh inilah yang sangat berpengaruh dalam kalangan alawiyyin dalam menyelamatkan Ajaran Murni Datuknya dan tetap terus berlanjut ke generasi seterusnya sebagai Sumber Rujukan dan Pemersatu Umat.

Dalam mengsikapi perbedaan pandangan yang sedang marak saat ini, sikap bijak AlHabib Riziq Shihab mestinya menjadi patokalan terhadap kita dalam menyikapi golongan SYIAH dan WAHABI, dengan berbagai karakternya yakni :

A.      Kelompok SYIAH terbagi 3 karakternya yaitu :

1.      SYI'AH GHULAT yaitu Syi'ah yang menuhankan/menabikan Ali ibn Abi Thalib RA atau meyakini Al-Qur'an sudah di-TAHRIF (dirubah/ditambah/dikurangi), dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari USHULUDDIN yang disepakati semua MADZHAB ISLAM. Syi'ah golongan ini adalah KAFIR dan wajib diperangi.

2.      SYI'AH RAFIDHOH yaitu Syi'ah yang tidak berkeyakinan seperti Ghulat, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan atau pun tulisan terhadap para Sahabat Nabi SAW seperti Abu Bakar RA dan Umar RA atau terhadap para isteri Nabi SAW seperti 'Aisyah RA dan Hafshah RA. Syi'ah golongan ini SESAT, wajib dilawan dan diluruskan.

3.      SYI'AH MU'TADILAH yaitu Syi'ah yang tidak berkeyakinan Ghulat dan tidak bersikap Rafidhah, mereka hanya mengutamakan Ali RA di atas sahabat yang lain, dan lebih mengedapankan riwayat Ahlul Bait daripada riwayat yang lain, secara ZHOHIR mereka tetap menghormati para sahabat Nabi SAW, sedang BATHIN nya hanya Allah SWT Yang Maha Tahu, hanya saja mereka tidak segan-segan mengajukan kritik terhadap sejumlah sahabat secara ilmiah dan elegan. Syi'ah golongan inilah yang disebut oleh Prof. DR. Muhammad Sa'id Al-Buthi, Prof. DR. Yusuf Qardhawi, Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili, Mufti Mesir Syeikh Ali Jum'ah dan lainnya, sebagai salah satu Madzhab Islam yang diakui dan mesti dihormati. Syi'ah golongan ketiga ini mesti dihadapi dengan DA'WAH dan DIALOG bukan dimusuhi.

B.      Kelompok WAHABI terbagi 3 karakternya yaitu :

1.      WAHABI TAKFIRI yaitu Wahabi yang mengkafirkan semua muslim yang tidak sepaham dengan mereka, juga menghalalkan darah sesama muslim, lalu bersikap MUJASSIM yaitu mensifatkan Allah SWT dengan sifat-sifat makhluq, dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari USHULUDDIN yang disepakati semua MADZHAB ISLAM. Wahabi golongan ini KAFIR dan wajib diperangi.

2.      WAHABI KHAWARIJ yaitu yang tidak berkeyakinan seperti Takfiri, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan mau pun tulisan terhadap para Ahlul Bait Nabi SAW seperti Ali RA, Fathimah RA, Al-Hasan RA dan Al-Husein RA mau pun 'Itrah/Dzuriyahnya. Wahabi golongan ini SESAT sehingga mesti dilawan dan diluruskan.

3.      WAHABI MU'TADIL yaitu mereka yang tidak berkeyakinan Takfiri dan tidak bersikap Khawarij, maka mereka termasuk MADZHAB ISLAM yang wajib dihormati dan dihargai serta disikapi dengan DA'WAH dan DIALOG dalam suasana persaudaraan Islam.

 

Sampai hari ini ditengah-tengah kita masih saja terjadi sesama umat Islam saling menghujat, saling menyesatkan dan saling mengkafirkan...
Bahkan ironisnya yang sesat dianggap perbedaan biasa, yang perbedaan biasa dianggap sesat. Terbolak balik.
Hal ini kalau dibiarkan akan menjadi bibit permusuhan dan perpecahan.
Jadi jangan mimpi kita bisa bersaudara kalau kita satu sama lainnya saling mengkafirkan. Jangan mimpi kalau kita bersaudara kalau kita satu sama lainnya saling menyesatkan. Mustahil kita bisa bersaudara kalau antara kita satu sama lainnya saling menghujat, saling menyesatkan, saling mengkafirkan. Ini musibah bagi umat Islam. Innalillahi wa inailahi roji’un.

1000 tahun lebih yang disebut Ahlussunnah itu adalah Asy’ari dan Maturidi. Wahhabi tidak masuk daftar. Baru muncul belakangan, sudah ingin sesat menyesatkan umat Islam yang tidak sepakat dengan mereka. Innalillahi wainailahi rojiun.

Kalau yang saya lihat selama ini, hubungan saya baik dengan kawan-kawan Syiah di Indonesia. Apa yang saya sampaikan ke Anda sekarang ini juga sudah saya sampaikan kepada mereka. Contohnya kepada Ustad Hassan Daliel, saya katakan, “Bib (habib—red), kenapa kita bisa jalan bareng? Karena saya belum pernah mendengar Anda mencaci-maki sahabat. Nah, ini perlu dijaga. Yang saya dengar kritik antum juga sopan. Tapi kalau suatu saat saya mengkafirkan Anda dan Anda maki-maki sahabat, kita bisa musuhan.”

Jangan sembarangan mengkafirkan saudara-saudaramu. Tidak boleh kita sembarangan mengkafirkan Ahli Kiblat. tidak boleh saudara, kita hanya boleh mengkafirkan yang sudah nyata-nyata kafir.

(Kutipan Habib Muhammad Rizieq Shihab)

 

Semoga tulisan yang singkat dan sederhana ini lebih membuka pikiran kita dalam menyikapi perbedaan yang ada dan mengkajinya dengan ilmu dan berakhlak. Tidak dengan mengandalkan pikiran sendiri tapi mestinya dengan bimbingan orang2 yang lebih memahami. Tidak memaksakan (membenturkan)  pandangan dengan pandangan orang lain, apalagi dengan dasar pemikiran yg berbeda, saling menghargai ijtihad pemikiran masing2 sesuai dengan ushul fiqih yang digariskan. Adapun jika ada kekeliruan dan kesalahan dalam penulisan ini, itu menjadi kesalahan penulis, dan semoga para Tokoh Dzurriah berada di garis depan sebagai Tokoh2 Pemersatu bukan Pemecah Umat atau ikut2an terpengaruh dengan perang pemikiran SYIAH & WAHABI

 

2014@abdkadiralhamid

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dalam mengsikapi perbedaan pandangan SUNNI,SYIAH,&WAHABI"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip