//

CINTA AHLUL BAIT, CINTA SAHABAT


CINTA AHLUL BAIT, CINTA SAHABAT
Pujian Imam Ahlul Bait Terhadap Sahabat Nabi saw
Upaya Menjaga Kemuliaan Dzat Ahlul Bait Nabi saw

1. Definisi Sahabat.



Sahabat adalah sebutan bagi siapa saja yang pernah bertemu atau melihat Nabi Muhammad saw dan memeluk Islam. Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan makna sahabat. Ada yang berpendapat bahwa orang yang hanya sekali melihat Rasulullah saw adalah sahabat rasulullah saw. Maka kaum muslimin yang berada di Madinah dan Mekkah setelah penaklukan adalah sahabat, atau baru lahir pada haji wada' akhir Zulkaidah sebelum Nabi saw sampai ke Mekkah pada tahun 10 Hijriyah dan tiga bulan sebelum wafat Nabi saw, atau orang yang hidup pada masa Nabi saw dan beriman tetapi tidak berjumpa dengannya, atau menjumpainya setelah wafat Nabi saw dengan hanya melihat jenazahnya, bisa juga dikatakan sebagai sahabat Nabi saw. Batasan yang ketat berpendapat bahwa seseorang bisa dikatakan sebagai sahabat Nabi saw bila ia lama bergaul dengannya.

Al-Bukhari dalam kitab shahih-nya memberikan pengertian bahwa yang dinamakan sahabat nabi adalah orang muslim yang hidup bersama nabi atau pernah melihatnya. Menurut Zain al-Iraqi mengatakan bahwa sahabat adalah yang bertemu Rasulullah dalam keadaan muslim dan meninggal dalam Islam. Said bin Musayyab berpendapat bahwa sahabat adalah orang yang pernah tinggal dan hidup bersama nabi saw selama satu tahun penuh atau setidak-tidaknya pernah ikut perang bersama nabi saw. Ibnu Hajar al-Haitsami mengatakan bahwa sahabat adalah orang yang bertemu dengan Nabi saw dalam keadaan beriman kepada beliau saw dan (sampai) meninggal (ia berada) dalam Islam, baik orang itu meriwayatkan hadits atau tidak dari Nabi saw, atau orang yang tidak pernah melihat beliau saw karena buta. Ahmad bin Hanbal mengatakan sahabat rasul adalah orang yang pernah hidup bersama beliau, sebulan atau sehari atau sesaat atau hanya dengan melihatnya.

Menurut mayoritas ulama hadits, seseorang dapat dikatakan sahabat apabila ia tetap dalam keadaan beriman sampai ia wafat bahkan sekalipun seseorang yang telah mendapat gelar murtad, tetapi ia kembali beriman, ia masih tetap dikatakan sahabat. Ulama lain berpendapat bahwa seseorang dikatakan sahabat jika ia bergaul lama dengan Nabi saw.

Abu al-Husain Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi atau Imam Muslim, seorang ahli hadits terkenal, mengelompokkan sahabat-sahabat Rasulullah saw k e dalam dua belas peringkat berdasarkan peristiwa yang mereka alami atau saksikan. Peringkat pertama adalah al-Sabiqun al-Awwalun (mereka yang pertama sekali masuk Islam), dimulai dari Abubakar, Umar, Usman, Ali bin Abi Thalib dan seterusnya. Peringkat kedua, mereka yang tergabung dalam Dar al-Nadwah (gedung pertemuan bagi orang-orang Quraisy pada masa sebelum dan awal Islam), yang ketika Umar menyatakan keislamannya mereka membawanya menghadap Rasulullah saw, lalu memba'iatnya. Peringkat ketiga, mereka yang ikut hijrah ke Habasyah. Peringkat keempat, mereka yang memba'iat Nabi saw di Aqabah pertama. Peringkat kelima, mereka yang memba'iat Nabi saw di Aqabah kedua. Peringkat keenam, orang-orang Muhajirin yang pertama menemui Nabi saw ketika beliau tiba di Quba sebelum memasuki kota Madinah pada waktu hijrah. Peringkat ketujuh, mereka yang ikut serta dalam perang Badar. Peringkat kedelapan, mereka yang berhijrah ke suatu tempat antara Badar dan Hudaibiyah. Peringkat kesembilan, mereka yang tergabung dalam kelompok ba'iat al-Ridwan (ba'iat yang dilakukan kaum muslimin ketika terjadi gazwah/perjanjian Hudaibiyah). Peringkat kesepuluh, mereka yang ikut hijrah antara al-Hudaibiyah dan al-Fatah (penaklukkan Mekkah). Peringkat kesebelas, berdasarkan urutan masuk Islam. Peringkat kedua belas, para remaja dan anak-anak yang sempat melihat Rasulullah saw pada waktu penaklukkan kota Mekkah dan haji Wada' serta di tempat-tempat lain. Jumlah orang yang mendapat predikat sahabat pada waktu Nabi saw wafat sekitar 144.000 orang, yakni para pengikut Nabi saw dan secara nyata melihatnya lalu memeluk Islam.

Tentang penilaian terhadap para sahabat, juga terdapat beberapa pendapat. Pendapat jumhur mengatakan bahwa para sahabat Nabi saw adalah manusia-manusia arif, mujtahid, yang integritas kepribadiannya dijamin oleh alquran dan sunnah. Mereka menurut al-Razi, adalah sahabat-sahabat Rasulullah saw yang menyaksikan wahyu, mengetahui ta'wil dan tafsir, memahami semua ajaran yang disampaikan Allah swt kepada Rasul-Nya dan yang disunnahkan dan disyariatkan Nabi saw. Allah swt telah menjadikan mereka teladan bagi umat. Pendapat ini didukung oleh Ibnu Hajar al-Haitsami, Ibnu Hazm, al-Ghazali dan lainnya. Menurut pendapat Muktazilah, semua sahabat 'udul (adil) kecuali mereka yang terlibat dalam perang Siffin (perang antara Ali dan Muawiyah). Menurut pendapat sebagian kecil ulama, semua sahabat, seperti semua periwayatan yang lain, harus diuji 'adalah-nya. Para sahabat itu tidak berbeda dari manusia lainnya dalam hal ketidakmustahilannya berbuat salah dan alpa. Ke-'adalah-an mereka bukan secara umum seperti kaidah pendapat jumhur yang mengatakan: al-Sahabat kulluhum 'udul (sahabat semuanya adil), tetapi secara perorangan, karena tingkat pengetahuan, penguasaan terhadap agama, dan kemampuan mereka tidak sama. Jadi, bila ada sahabat yang meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw, maka 'adalah-nya harus diteliti untuk menerima atau tidak hadits tersebut. Sebab, bila pendapat jumhur diterima, maka semua hadis sahih.

Al-Allamah al-Habib Ahmad bin Hasan al-Attas dalam kitabnya yang berjudul Tanwir al-Aglas berkata: 'Para sahabat adalah manusia utama setelah para nabi, dan sahabat yang paling utama adalah khalifah yang empat, yaitu Abubakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib. Semua mereka 'udul dan bersih dari kesalahan. Mereka dibagi menjadi tiga, Muhajirin, Anshor dan sahabat yang beriman kepada Rasul saw dan sahabatnya.

Walaupun definisi tentang sahabat dan penilaian terhadap mereka diperdebatkan oleh para ulama, namun mereka menduduki posisi penting dalam pewarisan ajaran Islam dan penyebaran Islam. Sebab, mereka adalah generasi pertama umat Islam yang memelihara hadits sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah Nabi saw wafat. Mereka sampaikan kepada generasi kedua (tabi'in), dan tabi'in kepada tabi'at al-tabi'in (generasi ketiga), hingga sampai kepada kita. Para Imam ahlul bait menerima semua yang disebutkan dalam kitab alquran dan sunnah nabi tentang keutamaan-keutamaan mereka, dan meyakini bahwa mereka adalah generasi terbaik, seperti yang disabdakan Rasulullah saw:

"Sebaik-baiknya kalian adalah generasiku, kemudian yang datang setelah itu, kemudian yang datang setelah itu, kemudian yang datang setelah itu."

Selain itu, mereka berpencar ke seluruh penjuru negri, mereka memasuki kota-kota besar yang sudah takluk di bawah pemerintahan Islam. Di antara mereka ada yang menjadi khalifah, gubernur, hakim atau jabatn-jabatan penting lainnya. Di situlah mereka semua menyebarkan ajaran Rasulullah saw. Mereka mengeluarkan fatwa-fatwa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan penuh keikhlasan dan kebersihan hati untuk mendekatkan diri kepada Allah saw. Itulah kedudukan para sahabat Nabi saw yang pasti dan dan tak dapat dipungkiri.

2. Perintah mencintai Sahabat Nabi saw.

Ketahuilah, bahwa kecintaan terhadap Ahlul Bait tidak mempunyai arti, jika tidak terdapat kecintaan terhadap para sahabat Nabi saw. Sesungguhnya para sahabat Nabi saw, mereka telah menemani Nabi saw dalam segala keadaan, baik dalam keadaan sukacita maupun dalam keadaan duka cita. Mereka rela untuk menyerahkan nyawa dan semua hartanya untuk mendukung perjuangan Rasulullah saw. Mereka lebih menyintai Rasulullah saw dan keluarga dibandingkan kecintaan mereka terhadap keluarganya sendiri.

Berkata Fakhrurozi, Allah swt berfirman:

إلاّ المودّة فى القربى , ayat tersebut tidak saja pujian Allah swt kepada keluarga Rasulullah saw, tetapi juga pujian kepada para sahabatnya, disebabkan Allah swt berfirman dalam ayat yang lain: السّابقون السّابقون أولئك المقرّبون , sesungguhnya orang-orang yang taat kepada Allah swt (para sahabat) mempunyai tempat yang dekat di sisi Allah swt. Sebagaimana telah diketahui bahwa keluarga Rasulullah saw mempunyai tempat yang dekat di sisi Allah swt, begitu pula para sahabat beliau juga mempunyai tempat yang dekat di sisi Allah swt.

Walhasil, para imam ahlul bait telah bersepakat bahwa kewajiban mencintai keluarga Rasul saw harus bersamaan dengan sikap mencintai para sahabatnya, sebagaimana Rasulullah saw telah bersabda:
مثل أهل بيتى كمثل سفينة نوح من ركب فيها نجا
"Perumpamaan ahlul baitku bagi kalian seperti bahtera Nuh as, barangsiapa yang menaikinya (mengikutinya) akan selamat."
أصحابى كالنجوم بأيّهم اقتديتم اهتديتم
"Sahabatku ibarat bintang (yang memberi petunjuk), barang siapa di antara kalian yang mengikuti mereka, niscaya kalian akan mendapatkan petunjuk."

Jika seorang mengarungi lautan, ia memerlukan petunjuk untuk sampai dengan selamat di tempat tujuan. Begitu pula saat ini, semua manusia sedang mengarungi lautan dunia yang memerlukan petunjuk agar selamat ke negeri akhirat. Dalam mengarungi lautan, seorang pelaut memerlukan dua petunjuk yaitu perahu dan bintang. Begitu pula manusia, jika ingin selamat dalam mengarungi lautan dunia agar selamat ke negeri akhirat harus memerlukan dua petunjuk yaitu perahu Nuh as (ahlul bait) dan bintang (para sahabat).

Secara umum keutamaan sahabat terdapat dalam alquran dan hadist Rasulullah saw. Rasulullah saw bersabda:

- Peliharalah kecintaan terhadapku dengan kecintaan kepada sahabat dan sihr-ku. Barang siapa yang memelihara kecintaan terhadapku, maka Allah swt akan memeliharanya dalam dunia dan akhirat. Dan bagi orang-orang yang tidak memelihara kecintaan kepada mereka, maka Allah swt akan mencampakkannya.

- Muliakan sahabatku sesungguhnya mereka orang-orang yang terbaik di antara kamu.

- Janganlah kalian mencela seorangpun dari sahabatku. Demi Allah yang jiwaku berada dalam kekuasaannya, Jika saja seorang di antara kalian menginfaqkan emasnya sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan sama walau sedikitpun atau setengahnya.

- Sesungguhnya Allah swt telah memilihku dan memilihkan untukku sahabat, dan menjadikan untukku di antara mereka seorang wazir, penolong dan sihr. Barang siapa yang mencela mereka, maka Laknat Allah swt, para malaikat dan semua manusia kepadanya, dan Allah swt tidak akan menerima amalnya baik yang wajib dan yang sunnah.

- Allah, Allah selalu menaungi sahabatku. Janganlah kalian berbuat sesuatu yang buruk kepada mereka setelah aku tiada. Barang siapa yang mencintai mereka berarti mencintaiku, barang siapa yang membenci mereka berarti membenciku. Siapa yang menyakiti mereka berarti menyakiti aku, siapa yang menyakiti aku berarti menyakiti Allah swt.

- Sesungguhnya manusia itu banyak, tetapi sahabatku sedikit. Janganlah kalian mencela mereka. Allah swt telah melaknat orang-orang yang mencela mereka.

- Sesungguhnya seberat-beratnya siksa Allah swt terhadap hambanya di hari kiamat, bagi mereka yang suka mencaci maki para nabi kemudian sahabatku dan kaum muslimin.

- Jika Allah swt menghendaki kebaikan kepada umatnya, niscaya akan diberikan rasa cinta kepada sahabatku di dalam hatinya.

- Jika kalian melihat suatu kaum mencela sahabatku, maka katakanlah: Laknat Allah swt atas kejahatan kalian!

- Seburuk-buruknya umatku adalah mereka yang mencaci maki sahabatku.

- Aku memohon kepada Allah swt terhadap sahabatku setelah aku tiada. Maka Allah swt memberitakan kepadaku: Ya Muhammad, sesungguhnya sahabatmu mempunyai kedudukan seperti bintang di langit, yang satu menjadi bagian yang lainnya.

- Syafa'atku akan aku berikan secara umum, kecuali kepada mereka yang mencaci maki sahabatku.

- Tidak seorangpun dari sahabatku yang wafat di bumi, niscaya akan dibangkitkan sebagai pemimpin dan cahaya di hari kiamat nanti.

- Jika dibicarakan di antara kamu (tentang masalah yang diperselisihkan) sahabatku, maka diamlah kamu.

- Akan datang suatu kaum yang mencela dan mencaci maki sahabat. Jika kalian bertemu, janganlah kalian duduk, minum, makan dan menikah dengan mereka.

- Siapa yang mencela para nabi maka perangilah, dan siapa yang mencela sahabatku maka cambuklah.

- Kedudukan mereka (sahabat) sesaat lebih baik dibandingkan amal perbuatan kalian sepanjang hidup.

- Siapa yang menjaga (perkataan dan sikap dari mencaci maki) sahabatku, maka akan berkumpul bersamaku di telaga Haudh. Dan siapa yang tidak menjaga (perkataan dan sikap dari mencaci maki) sahabatku, tidak akan berkumpul denganku di telaha Haudh, bahkan sama sekali tidak akan melihatku.

- Perumpamaan sahabatku seperti garam terhadap makanan, tidak akan terasa lezat makanan kecuali dengan garam.

- Bintang merupakan penyelamat bagi langit, jika bintang lenyap maka akan datang apa yang dijanjikan kepada langit (gelap gulita). Sahabatku adalah penyelamat bagi umatku, jika sahabatku lenyap maka akan datang apa yang dijanjikan kepada umatku (kesesatan).

- Siapa yang berkata dengan perkataan yang baik mengenai sahabatku sesungguhnya dia telah terbebas dari sifat munafik, dan siapa yang berkata dengan perkataan yang jelek mengenai sahabatku sesungguhnya dia telah menyalahi sunnahku, dan akan dimasukkan ke dalam neraka yang merupakan seburuk-buruk tempat.

- Siapa yang mencintai sahabat-sahabatku, bermaula kepada mereka dan memintakan ampun untuk mereka, maka Allah swt akan memasukkannya bersama para sahabat ke dalam surga.

Berkata Ibnu Hajar al-Haitsami dalam kitab Asna al-Matholib Fi Shilat al-Aqorib, bahwa wajib bagi setiap muslim untuk bersikap baik dan ridho terhadap para sahabat dan ahlul baitnya, mengenal keutamaan dan hak-hak mereka, menahan dari mengeluarkan pendapat negatif terhadap peristiwa yang terjadi di antara mereka.

Al-Hafidz al-Suyuthi dalam risalahnya Ilqomu al-Hajar Liman Zaka Saba Abubakar Wa Umar, bahwa jika seorang menganggap halal mencela sahabat maka ia kafir karenanya. Jika ia tidak menganggap halal maka ia fasik karenanya.

Qadhi Iyadh dalam kitab al-Syifa berkata: Haram hukumnya bagi orang yang mencela dan mencaci maki sahabat dan pelakunya dilaknat.

Ibnu Hanbal berkata: 'Apabila kamu melihat seseorang menyebut-nyebut sahabat Rasulullah saw dengan kejelekan, maka curigailah dia menumbangkan Islam.'

Imam Malik bin Anas, berkata: 'Barang siapa mencela Nabi saw maka perangilah mereka, dan siapa yang mencaci maki sahabat beliau saw maka berilah hukuman yang membuat jera.'

Ibnu Taimiyah berkata: 'Barang siapa menganggap murtad sahabat sepeninggalan Nabi saw kecuali beberapa orang saja atau dikira mereka semuanya fasik, maka tidak ada keraguan mengenai kekafiran orang itu.'

Abu Zur'ah al-Razi berkata: 'Apabila kamu melihat seseorang mencela sahabat Nabi saw, maka ketahuilah bahwa dia itu zindik.'

Ibnu Abidin berkata: 'Barang siapa mencaci maki Abubakar dan Umar atau memfitnah keduanya, maka kafirlah ia dan taubatnya tak diterima.'

3. Sikap Imam Ahlul Bait Terhadap Sahabat.

Berkenaan dengan para sahabat nabi, Ahlu Sunnah mempunyai hati yang lurus dan bersih dengan mengatakan bahwa persahabatan dengan Nabi saw adalah suatu kemuliaan yang tidak ada bandingannya. Mereka menjaga baik-baik wasiat Nabi saw tentang para sahabat: 'Janganlah kalian mencaci-maki para sahabatku', oleh karena itu mereka tidak pernah mencaci-maki seorang pun dari kaum Muhajirin dan Anshor. Begitu pula dengan sikap para imam ahlul bait terhadap sahabat-sahabat Rasulullah saw. Mereka tidak pernah mencaci maki para sahabat, bahkan mereka banyak memuji dan mengakui keutamaan para sahabat Rasulullah saw. Imam Ali bin Abi Thalib berkata:

"Aku telah melihat para sahabat Muhammad saw, tak satupun ada orang yang kulihat yang menyamai mereka. Siang hari mereka sujud dan berdiri menghadap Allah swt. Mereka pergunakan malam untuk shalat dan tidur secara bergantian. Mereka bagaikan di atas bara api karena mengingat hari akhir, seolah-olah pada mata mereka ada bulu kambing karena banyak sujud. Apabila disebut nama Allah, bercucuran air matanya, sehingga membasahi dadanya. Hati mereka selamanya goncang, seperti goncangnya pohon diterpa angin kencang karena takut pada siksa Allah dan mengharap pahala-Nya".

Imam Ja'far al-Shiddiq meriwayatkan bahwa seorang pria dari suku Quraisy datang kepada Ali bin Abi Thalib di masa ia menjadi khalifah. Orang itu berkata kepada Imam Ali bin Abi Thalib:

"Wahai amirul mukminin! Aku pernah mendengar engkau berkata dalam suatu pidato: Wahai Tuhan kami, jadikanlah kami hamba-Mu yang saleh sebagaimana Engkau telah jadikan khulafaur rasyidin hamba-hamba-Mu yang saleh. Siapakah gerangan mereka itu? sambil air matanya berlinang, ia biarkan air matanya menetes. Lalu Imam Ali menjawab: Mereka adalah orang-orang yang kucintai. Mereka paman-pamanmu. Abubakar dan Umar adalah sebagai imam hidayah, syekh Islam dan para penuntun setelah Rasulullah saw. Barangsiapa yang mengambil tauladan dari mereka akan terpelihara. Barangsiapa mencontoh prilaku mereka mendapat prtunjuk jalan yang lurus. Barangsiapa berpegang teguh pada jalan mereka akan masuk golongan (hizb) Allah swt. Dan golongan Allah itu adalah orang-orang yang selamat".

Riwayat lain menceritakan bahwa seorang lelaki datang menghadap Imam Ali seraya berkata: Wahai amirul mukminin! pada saat aku melewati segolongan manusia terdapat di antara mereka yang membicarakan hal-hal yang tidak pantas mengenai Abubakar dan Umar. Sejenak kemudian, Ali pun naik mimbar mengucapkan khutbah dan ia berkata:

"Demi dzat yang menciptakan biji-bijian dan membebaskan jiwa! sebenarnya mereka itu (Abubakar dan Umar) sungguh mukmin yang luhur. Tidaklah ada siapapun manusia yang benci kepada mereka dan melawan mereka, melainkan orang itu jahat dan durhaka. Mencintai mereka berarti dekat kepada Allah swt. Dan membenci mereka berarti durhaka kepada Allah swt. Mengapakah mereka mengunjing saudara-saudara Rasulullah, pembantu dan para sahabat beliau? Mereka adalah kepala-kepala Quraisy dan tokoh-tokoh Islam. Aku tidak akan melepaskan diri dari orang yang mengunjingkan Abubakar dan Umar, bahkan mereka akan mendapat ganjaran balasan yang setimpal.

Imam Ali bin Abi Thalib pernah berkata: "Maukah kalian kuberitahukan siapa orang yang terbaik bagi umat ini setelah Nabi Muhammad saw? Lalu beliaupun berkata: Abubakar setelah itu Umar".

Imam Ali bin Abi Thalib pernah berkata tentang Usman: "Sesungguhnya orang-orang mencercanya, sedang aku dari golongan muhajirin, banyak memohon keridhoannya".

Ketika Imam Hasan bin Ali ditanya, apakah mencintai Abubakar dan Umar sunnah hukumnya? beliau menjawab: "Bukanlah semata-mata sunnah, tetapi wajib hukumnya".

Telah datang seorang laki-laki kepada Imam Ali Zainal Abidin dan bertanya: Bagaimanakah kedudukan Abubakar dan Umar di sisi Rasulullah saw? Beliau menjawab: "Kedudukan mereka sekarang ini sebagai pedamping Rasulullah saw di pembaringannya".

Dalam kitab Hilyah al-Aulia, telah diriwayatkan oleh Abu Nuaim, Imam Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib berkata: Telah datang kepadaku beberapa orang dari Iraq dan mereka bercerita tentang Abubakar, Umar dan Usman. Setelah mereka selesai bercerita berkata Imam Ali bin Husein kepada mereka:

Ali bin Husein: Maukah kalian memberitahu aku, apakah kalian termasuk kaum Muhajirin yang terdahulu, yang hijrah dari tempat mereka dan membelanjakan hartanya demi untuk mendapatkan keutamaan dan keridhoan Allah swt, dimana mereka membantu Allah dan Rasul-Nya, dan mereka termasuk orang-orang yang benar? (Al-Hasyr:8)

Ahlul Iraq: Tidak.

Ali bin Husein: Apakah kalian termasuk orang-orang yang telah menempati kota Madinah (Anshor) dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka, dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)? (Al-Hasyr: 9)

Ahlul Iraq: Tidak.

Ali bin Husein: Jika kalian tidak termasuk ke dalam dua golongan tersebut, Maka saksikanlah bahwa kalian tidaklah termasuk dalam firman Allah: Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor) dan berdoa: "Wahai Tuhan kami, beri ampun kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman … (Al-Hasyr: 10).

Keluarlah kalian!

Diriwayatkan dari Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, beliau berkata: "Wahai ahlul Iraq, cintailah kami sebagaimana kalian mencintai Islam. Demi Allah, tidak akan bergeser kecintaan kalian kepada kami hingga kalian mencampuradukan kecintaan kalian kepada kami dan membenci Abubakar dan Umar serta mencaci maki mereka berdua".

Imam Ali Zainal Abidin berdoa untuk para sahabat Rasulullah saw yang telah membantu beliau saw dalam perjuangan menegakkan agama Islam sebagai berikut:

"Ya Allah, untuk sahabat-sahabat Muhammad saw, khususnya mereka yang terjalin persahabatan dengan baik bersama beliau saw dan mereka yang telah berjasa mendukungnya, mereka yang bahu-membahu bersama Rasulullah saw dan telah berusaha secepatnya dalam mendukung dan segera dalam menerima ajakan Rasul saw kepada mereka, dari hujjah risalah-Nya, mereka yang sudi dan tahan berpisah dari anak-anak dan istrinya demi menegakkan dan menyebarkan kalimat haq, mereka yang juga tidak segan-segan memerangi anak-anak dan ayah mereka sendiri untuk mengukuhkan nubuwahnya, mereka adalah orang-orang yang dikucilkan oleh suku dan famili mereka hanya karena bergantung pada tali beliau, Muhammad saw, dan terputuslah hubungan kerabat yang sebelumnya terjalin erat sesama mereka dan mengajaknya menjadi anggota kerabat beliau.

Ya Allah, betapa banyak yang telah mereka tinggalkan serta mereka berikan kepada-Mu, dengan segala kerelaan, balaslah hijrah mereka dari rumah tangganya menuju rumah-Mu. Mereka tinggalkan kehidupan yang makmur dan sentosa, lalu memilih kehidupan yang sederhana dan penuh tantangan."

Imam Zaid bin Ali Zainal Abidin, berkata: "Memutuskan hubungan dengan Abubakar dan Umar tidak lain arti melainkan memutuskan hubungan dengan Ali bin Abi Thalib". Beliau berkata pula: 'Barangsiapa yang mencela Abubakar dan Umar, maka Allah swt, para malaikat dan semua manusia akan melaknatnya'.

Begitu juga sikap Ja'far al-Shadiq terhadap para sahabat, seperti yang diriwayatkan dari Salim Ibnu Abi Hafsah berkata: Ketika aku mengunjungi Imam Ja'far al-Shadiq Ibnu Muhammad yang sedang sakit, maka beliau berkata: "Ya Allah sesungguhnya aku mencintai Abu Bakar dan Umar, dan akupun bermaula kepada keduanya. Ya Allah, jika perasaan yang ada dalam diriku berbeda dengan apa yang aku ucapkan, semoga aku tidak mendapatkan syafa'at dari Muhammad saw".

Kemudian beliau berkata: "Wahai Salim, pantaskah jika ada seseorang yang mencaci maki kakeknya, sesungguhnya Abu Bakar ra adalah kakekku, sesungguhnya aku tidak mengharap syafa'at dari seorangpun , kecuali aku mengharap syafa'at yang sepertinya dari Abu Bakar." Bahkan ia pernah berkata: "Aku berlepas tangan dari orang-orang yang mengatakan sesuatu sesudah Nabi saw tentang Abu Bakar dan Umar kecuali yang baik."

Imam Ja'far al-Shadiq ditanya tentang Abubakar dan Umar, beliau menjawab: 'Aku berlepas diri terhadap orang-orang yang berlepas diri dari keduanya'. Kemudian beliau ditanya lagi, apakah anda bersikap taqiyyah? Imam Ja'far al-Shadiq menjawab: 'Jika aku bersikap seperti itu, maka aku akan berlepas diri dari Islam dan aku tidak akan mengharap syafaat kakekku Muhammad saw'. Selanjutnya beliau berkata: 'Allah swt berlepas diri terhadap orang-orang yang berlepas dari Abubakar dan Umar'.

Begitu pula sikap ayah al-Shaddiq, Imam Muhammad al-Baqir. Beliau sangat cinta kepada Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq, beliau sangat memujinya dan berkata: "Siapapun yang tidak mengucapkan al-Shiddiq di belakang nama Abu Bakar, maka Allah tidak akan membenarkan ucapannya". Selanjutnya beliau berkata:

"Sesungguhnya aku berlepas diri dari orang yang membenci Abu Bakar dan Umar, andaikata aku berkuasa, pasti aku akan mendekatkan diri kepada Allah swt dengan menumpahkan darah orang yang membenci Abu Bakar dan Umar. Demi Allah, sesungguhnya aku mencintai keduanya dan akupun senantiasa memohonkan ampun bagi keduanya, tidak seorangpun dari ahlil baitku kecuali ia akan mencintai keduanya."

Ibnu Fudhail meriwayatkan dari Salim Ibnu Hafsah, berkata: Aku pernah bertanya kepada Abu Ja'far dan puteranya tentang Abu Bakar dan Umar, maka keduanya menjawab: "Wahai Salim, keduanya adalah pemimpin yang adil, cintailah keduanya dan berlepas diri dari siapa saja yang memusuhi keduanya, sesungguhnya keduanya di hadapanku adalah petunjuk yang harus diikuti."

Seorang wanita menemui Imam Ja'far al-Shaddiq, lalu bertanya kepadanya tentang Abubakar dan Umar, beliau menjawab: "Jadikanlah keduanya sebagai pemimpinmu". Wanita itu berkata: Bila berjumpa dengan Tuhanku, aku akan mengatakan kepadanya, engkau yang memerintahkanku menjadikannya sebagai pemimpin. Imam Ja'far menjawab: "Ya".

Muhammad al-Bagir bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, berkata: Barang siapa yang tidak mengenal keutamaan Abubakar dan Umar, maka ia tidak mengenal sunnah. Ketika beliau ditanya tentang suatu kaum yang mencaci maki Abubakar dan Umar, beliau menjawab: "Sesunguhnya kaum itu telah keluar dari ajaran Islam, maka barangsiapa yang ragu terhadap keduanya, maka ia ragu terhadap sunnah nabinya, barangsiapa yang membencinya maka ia termasuk dari kaum munafik".

Diriwayatkan oleh Mufadhal bin Umar dari ayahnya dari kakeknya, berkata: Imam Ja'far al-Shadiq ditanya tentang sahabat, beliau menjawab: 'Sesungguhnya Abubakar al-Shiddiq hatinya dipenuhi oleh musyahadah al-rububiyah, beliau menyaksikan tidakada tuhan selain Allah, sehingga ia banyak berdzikir
لا إله إلا الله, sedangkan Umar selalu menganggap kecil sesuatu selain Allah swt dan tidak tunduk kecuali kepada Allah swt, sehingga ia banyak berdzikir الله اكبر , sedangkan Usman melihat segala sesuatu selain Allah swt mempunyai sebab akibat dan beliau selalu mensucikan Allah swt, sehingga ia banyak berdzikir سبحانالله , sedangkan Ali bin Abi Thalib selalu melihat keberadaan alam semesta adalah ciptaan Allah swt dan semuanya akan kembali kepada Allah swt, sehingga ia banyak berdzikir الحمدلله.

Dari sangat cintanya Imam Ali kepada ketiga khulafaur rasyidin, beliau menamakan anak-anaknya dengan nama mereka, yaitu: Abubakar bin Ali bin Abi Thalib, Umar bin Ali bin Abi Thalib dan Usman bin Ali bin Abi Thalib, dan beliau juga mengawinkan puterinya Ummu Kulsum dengan Umar bin Khottob. Al-Hasan dan al-Husain juga menamakan anak-anak mereka dengan Abubakar dan Umar, semua itu untuk dilakukan demi rasa cintanya kepada kedua sahabat Rasulullah saw.

Imam Musa bin Ja'far meriwayatkan dari ayahnya , ketika beliau ditanya tentang Abubakar dan Umar: "Abubakar adalah kakekku dan Umar adalah suami nenekku (suami Ummu Kulsum bin Ali bin Abi Thalib), apakah ada orang yang membenci kakek dan suami neneknya?

Imam Musa bin Ja'far, juga memberikan nama salah satu anak lelakinya dengan Abubakar, anak perempuannya juga dinamakan Aisyah, seperti juga kakeknya Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib menamakan putrinya dengan Aisyah. Begitu pula dengan Imam Ali bin Muhammad al-Hadi mempunyai anak perempuan yang dinamakan dengan Aisyah.

Al-Daruqutni meriwayatkan dari Muhammad bin Abdullah bin Hasan bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib yang bergelar al-Nafsu al-Zakiyah, ketika ditanya tentang Abubakar dan Umar, beliau menjawab: "Mereka berdua lebih utama dari Ali bin Abi Thalib".

Imam Abdullah al-Mahdi bin Hasan bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib, berkata: "Allah swt tidak akan menerima taubat seseorang hamba yang berlepas diri dari Abubakar dan Umar".

Hasan bin Ali bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib pernah ditanya tentang Abubakar dan Umar, beliau menjawab: 'Keduanya adalah orang-orang yang utama dan aku selalu memintakan ampun untuk keduanya'. Kemudian beliau ditanya, apakah ini taqiyyah? Beliau menjawab: Aku tidak akan mendapat syafaat Muhammad saw, jika apa yang aku katakan berlainan dengan hatiku'.

Ibnu Syihab dalam kitabnya Raspah al-Shodi mengatakan: 'Wajib atas semua manusia dan ahlul bait al-syarif khususnya, menghormati dan mengagungkan para sahabat Rasulullah saw dan mencintai semuanya, disebabkan mereka adalah nujum al-hidayah dan rijal al-riwayah wa al-dirayah, mereka manusia yang paling utama setelah para nabi, dan Allah telah memuji atas mereka di dalam kitab-Nya dan telah diceritakan dalam hadits-hadits shahih.'

4. Kaum Rafidhah Dan Sahabat.

Dari segi bahasa Rafidhah mempunyai beberapa makna diantaranya menolak, yang murtad keluar dari agamanya atau golongan yang meninggalkan pimpinannya dalam pertempuran (deserter). Di sebut kaum Rafidhah karena kaum tersebut menolak keutamaan Abubakar dan Umar. Mereka berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib lebih utama dari Abubakar dan Umar.

Bermula sebutan Rafidhah adalah sikap memihak sebagian kelompok kepada Ali bin Abi Thalib dan lebih mengutamakannya dari pada Usman. Dalam kitab Taqwiyah al-Iman, Sayid Muhammad bin Aqil bin Yahya menulis bahwa syaikh Abdul Qadir Jailani berkata: 'Rafidhah adalah suatu kelompok yang berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib lebih utama dari Usman.' Syaikh Ibnu Taimiyah menjelaskan, telah mutawatir sebuah riwayat dari Ali bin Abi Thalib bahwa ia berkata: 'Sebaik-baiknya umat sesudah nabinya adalah Abubakar kemudian Umar. Dan ini pun disepakati oleh kalangan Syiah generasi terdahulu, semua menganggap utama Abubakar dan Umar. Hanya saja perselisihan terjadi pada Ali bin Abi Thalib dan Usman. Sedangkan mengenai Abubakar dan Umar, seluruh umat sepakat menerima mereka termasuk golongan Khawarij.'

Dalam kitabnya Minhaj al-Sunnah Ibnu Taimiyah menceritakan seorang tokoh syi'ah Syarik bin Abdullah ditanya oleh salah seorang: "Siapakah yang lebih utama, Abu Bakar atau Ali? Syarik menjawab: Abu Bakar. Ia bertanya lagi: Bagaimana anda dapat mengatakan yang demikian itu, padahal anda seorang Syi'ah? Syarik menjawab: Ya, barangsiapa tidak mengatakan yang demikian itu, maka ia bukanlah seorang Syi'ah. Demi Allah, hal tersebut telah dikumandangkan oleh Ali ra, ia berkata: 'Ketahuilah, bahwasanya sebaik-baiknya orang dalam ummat ini, sesudah Nabinya, adalah Abu Bakar kemudian Umar.' Syarik berkata: Bagaimana kami (kaum syi'ah) dapat menolak perkataan itu? Bagaimanakah pula kami dapat mendustakannya, sedang ia (Ali bin Abi Thalib), demi Allah bukanlah seorang pendusta."

Abu Abdullah al-Mazari pernah menerangkan bahwa pada suatu hari Imam Malik ditanya, manakah orang-orang yang utama setelah Nabi saw? Beliau menjawab: 'Abubakar sesudah itu Umar, kemudian ia terdiam. Lalu yang bertanya mengatakan bahwa Imam Malik ragu, dan penanya meminta kepastian antara Ali dan Usman. Imam malik menjawab: Saya belum pernah mendapati seorang sahabat yang membeda-bedakan keutamaan antara Usman dan Ali.'

Pada zaman Zaid bin Ali Zainal Abidin, kaum Rafidhah lebih dikenal dengan penolakan mereka terhadap keutamaan Abubakar dan Umar. Mereka berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib lebih utama dari Abubakar dan Umar. Sebutan Rafidhah dikarenakan terjadinya dialog antara Zaid bin Ali dengan beberapa orang Kufah. Mereka bermaksud mendukung perjuangan Zaid bin Ali melawan penguasa zholim saat itu, tetapi mereka memberikan syarat kepada Zaid bin Ali agar beliau mengakui bahwa Ali bin Abi Thalib lebih utama dari Abubakar dan Umar. Zaid bin Ali menolak syarat yang diajukan oleh orang-orang Kufah tersebut. Maka sejak itulah orang-orang tersebut dikenal dengan sebutan Rafidhah.

Menurut Sayid Husain al-Musawi, Imam Ja'far al-Shaddiq berkata bahwa Rafidhah adalah suatu nama yang langsung diberikan oleh Allah swt, sebagaimana perkataan beliau dalam kitab Raudhah al-Kafi 5/34: 'Tidak Demi Allah, bukan mereka yang menamainya dengan nama tersebut (Rafidhah) tetapi Allah-lah yang menamai mereka dengan nama itu.'

Rasulullah saw telah memperingatkan dan mengkhabarkan akan kelahiran mereka (Rafidhah) di masa yang akan datang, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya, Daruquthni, al-Dzahabi, Uqaili, Qadhi Iyadh yang diriwayatkan dari banyak sahabat diantaranya Ali bin Abi Thalib, Siti Fathimah, Ummi Salamah, al-Hasan, Jabir al-Anshari, Ibnu Abbas, Iyadh al-Anshari, dimana mereka semua mendengar dan meriwayatkan dari Rasulullah saw, beliau bersabda:
سيأتي من بعدى قوم لهم نبز يقال الرّافضة. فان ادركتهم فاقتلهم فانّهم مشركون
"Akan datang sesudah kepergianku, suatu kaum yang mempunyai julukan Rafidhah. Maka jika kalian menemukan mereka maka perangilah, karena sesungguhnya mereka adalah golongan orang-orang yang mempersekutukan Tuhan".

Begitu pula hadits yang diriwayatkan oleh al-Hasan, Rasulullah saw bersabda:
يكون فىاخر الزّمان قوم يسمّون الرّافضة يرفضون الاسلام فاقتلوهم فانّهم مشركون
Kelak di akhir zaman terdapat suatu kaum yang disebut Rafidhah, di mana mereka meninggalkan Islam. Maka perangilah mereka karena mereka adalah golongan orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

Diriwayatkan dari Daruquthni, Ali bin Abi Thalib berkata:
فسألت عن علامتهم فقال: يتتحلون حبّ اهل البيت وليسوا كذالك وعلامة ذالك أنّهم يسبّون ابابكر وعمر
"Maka aku bertanya tentang ciri-ciri mereka (kaum Rafidhah). Maka Rasulullah saw menjawab: 'Mereka seakan-akan mencintai keluarga Nabi, sementara mereka tidaklah begitu. Dan tanda-tanda dari itu adalah mereka gemar mencaci maki Abubakar dan Umar."

Dalam riwayat lain dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah saw bersabda:
يا على انت فى الجنّة , يا على انت فى الجنّة , يا على انت فى الجنّة , وسيكون قوم يقال لهم الّرافضة فإذا ادركتهم فقاتلهم. فقال يا نبي الله ما علامتهم ؟ قال: لايرون جماعة ولاجمعة ويشتمون ابابكر و عمر
"Wahai Ali, kamu akan masuk surga, Wahai Ali, kamu akan masuk surga, Wahai Ali, kamu akan masuk surga. Dan kelak ada suatu kaum yang disebut Rafidhah, jika kamu menemukan, perangi mereka. Ali bin Abi Thalib bertanya, wahai nabi Allah, apa tanda-tanda mereka. Nabi saw menjawab: 'Mereka tidak pernah terlihat berjamaah, tidak melakukan shalat Jum'at dan mereka mengumpat Abubakar dan Umar."

Diantara salah satu Pemuka Madzhab Fiqih dalam Ahlu Sunnah yang kita kenal adalah Imam Syafii. Sebagaimana kita ketahui bahwa Imam Syafii adalah seorang mujtahid yang mempunyai kecintaan kepada ahlul bait nabi saw yang dapat dilihat dari syair-syairnya. Di samping itu beliau juga cinta kepada sahabat-sahabat nabi saw. Imam Syafii berkata:

"Allah Tabaraka wa Ta'ala telah menyampaikan pujian kepada sahabat-sahabat Rasulullah saw di dalam Alquran, taurat dan Injil. Dan telah lebih dahulu disampaikan tentang keutamaan mereka melalui lisan Rasulullah saw, sesuatu yang tidak dimiliki oleh seorangpun setelah mereka. Maka, Allah pun menyangi mereka dan menempatkan mereka pada setinggi-tinggi derajat dan kedudukan yaitu kedudukan orang-orang yang jujur, para syuhada dan orang-orang saleh. Merekalah yang telah menyampaikan kepada kita sunnah-sunnah Rasulullah saw dan merekalah yang menyaksikannya. Ketika wahyu diturunkan kepada Rasulullah saw, mereka mengerti apa yang dikehendaki oleh Rasul dalam keadaan umum maupun khusus, dan mereka mengerti apa yang dikehendaki oleh Rasul dalam keadaan umum maupun khusus, dan mereka mengetahui dari sunnahnya apa yang kita ketahui dan apa yang tidak kita ketahui. Dan mereka berada di atas kita dalam bidang ilmu pengetahuan, ijtihad, sikap wara', serta perkara yang dapat difahami oleh ilmu dan disimpulkannya. Pemikiran-pemikiran mereka untuk kita lebih terpuji dan lebih utama daripada pemikiran-pemikiran yang datang dari kita untuk kita. Jika seseorang di antara mereka menyatakan pendapatnya, kemudian tidak seorangpun yang menyalahkannya, maka kita pun akan mengambil pendapatnya."

Berkata Imam Syafii: "Saya tidak melihat orang yang dicoba dengan tindakan mencela para sahabat Rasulullah saw, melainkan dengan celaan itu Allah swt menambahkan kepada mereka (sahabat) pahala di saat sudah terputusnya amal perbuatan mereka (setelah meninggal dunia)."

Imam Syafii berkata tentang keutamaan para khalifah yang empat dan derajat mereka di kalangan para sahabat: "Manusia paling utama sesudah Rasulullah saw, yaitu Abubakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib." Setelah itu beliau bersyair:

Aku telah bersaksi bahwa Allah, tiada sesuatu selain-Nya
Dan aku bersaksi bahwa kebangkitan itu haq dan aku ikhlas
Bahwa pakaian iman itu adalah ucapan yang baik
Perbuatan yang bersih yang terkadang bertambah dan berkurang
Bahwa Abubakar itu adalah khalifah Ahmad
Sedang Abu Hafsh terhadap kebaikan, berusaha sungguh-sungguh
Aku mempersaksikan Tuhanku bahwa Usman itu utama
Bahwa Ali mempunyai keutamaan yang khusus
Imam-imam kaum, yang diikuti tuntunan mereka
Semoga Allah swt memberikan keselamatan kepada orang yang didiskreditkan
Mengapa orang-orang sesat itu mencaci maki dalam kebodohan
Dan apa yang datang dari orang bodoh itu tidak dijawab tapi harus diludahi.

Imam Syafii mengambil rujukan tentang keutamaan Abubakar dengan beberapa perkara, antara lain melalui sejumlah hadits dari Nabi saw yang mengisyaratkan keutamaannya, diantarannya dari hadits yang diriwayatkan oleh Hudzaifah al-Yamani, bahwa Nabi saw bersabda:

"Ikutlah kalian kepada dua orang sesudahku, Abubakar dan Umar"

Selanjutnya Imam Syafii berkata bahwa tidak berselisih pendapat seorangpun dari kalangan sahabat dan tabi'in tentang pengutamaan Abubakar dan Umar dan mendahulukan mereka atas semua sahabat. Dalam hal ini bukan berarti Imam Syafii merendahkan Ali bin Abi Thalib, beliau menyebutkan bahwa seorang laki-laki dari suatu kaum berkata: 'Tidaklah pergi orang-orang dari Ali kecuali karena ia tidak memperdulikan seseorang'.

Secara perlahan Imam Syafii berkata: 'karena pada dirinya terdapat empat macam budi pekerti, tidak satu pekerti pun darinya ada pada seseorang kecuali merupakan hak baginya untuk tidak memperdulikan terhadap orang lain.

Ali bin Abi Thalib adalah seorang zahid
Orang zahid itu tidak memperdulikan dunia dan penghuninya
Dia adalah orang berilmu dan orang berilmu tidak memperdulikan terhadap seorang
Dia adalah pemberani dan orang pemberani tidak akan memperdulikan siapa pun
Dia adalah orang mulia dan orang mulia tidak memperdulikan terhadap seorang

Terhadap kaum Rafidhah Imam Syafii berpendapat: 'Belum pernah saya saksikan di kalangan manapun orang-orang yang begitu berani menjadi pembual dan memberikan kesaksian palsu seperti golongan Rafidhah.'

Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad berkata: Kita harus meyakini keutamaan para sahabat Nabi saw dan urutan keutamaan mereka. Mereka adalah orang-orang yang adil, baik dan pantang berdusta. Mereka tidak boleh dicerca dan dicela. Khalifah yang benar sepeninggalan Rasulullah saw ialah Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali bin Abi Thalib.

Mengenai urutan keutamaan sahabat, Imam al-Haddad pernah ditanya oleh kaum syi'ah: Untuk apa anda mendahulukan orang lain daripada sesepuh anda sendiri, Ali bin Abi Thalib? Imam al-Haddad menjawab: Dia (Ali bin Abi Thalib) sendirilah yang mendahulukan orang lain (Abu Bakar ra) dan memandangnya lebih utama ketimbang dirinya. Karena itulah kami juga mendahulukannya (Abu Bakar) dan memandangnya lebih utama. Dalam hal itu kami mengikuti jejak sesepuh kami (Ali bin Abi Thalib).

Imam al-Haddad kemudian berbicara tentang ahlu-rafdh (kaum Rafidhah). Beliau berkata: Mereka itu orang-orang bathil, tidak ada orang-orang yang menyebut-nyebut mereka dan tidak ada pula yang menagisi mereka. Meskipun pada mereka terdapat sekelumit kebenaran, tetapi mereka mencampurnya dengan kebatilan.

Imam al-Haddad di dalam suratnya kepada saudaranya Al-Hamid di India, antara lain menyatakan: Tidak ada yang lebih buruk, lebih keji, dan lebih memalukan daripada munculnya orang-orang yang berunjuk rasa menyatakan kebencian terhadap dua orang syaikh, al-Shiddiq dan al-Faruq. Mereka yang membenarkan sikap menolak (dua khalifah tersebut) sungguh sangat tercela, baik menurut syariat maupun menurut akal, Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un…

5. Dialog Imam Ja'far al-Shaddiq dengan Kaum Rafidhah.

Diriwayatkan oleh Ali ibnu Soleh, telah datang seorang lelaki dari kaum Rafidhoh kepada Imam Ja'far bin Muhammad al-Shaddiq, kemudian ia berkata:

Rafidhi: Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Imam Ja'far: Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.

Rafidhi: Wahai anak Rasulullah, siapakah manusia yang terbaik sesudah Rasulullah saw?

Imam Ja'far: Abu Bakar al-Shiddiq radhiyallahu anhu.

Rafidhi: Apa hujjah atas yang demikian itu.

Imam Ja'far: Allah swt berfirman:
لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا. فَأَنْزَلَ اللهُ سَكِيْنَتَهُ , عَليْهِ وَ أَيَّدَهُ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُفْلَى ,إِلاَّ تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوا ثَانِىَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِى الغَارِ إِذْيَقُولُ لِصَاحِبِهِ , وَكَلِمَةُ اللهِ هِىَ العُلْيَا. واللهُ عَزِيْزٌ حَكِيمٌ
'Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita'. Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah maha Perkasa lagi maha Bijaksana.

Imam Ja'far: Selain mereka berdua yang utama, apakah ada diantara manusia yang lebih utama dari Abu Bakar selain Nabi saw?

Rafidhi: Ali bin Abi Thalib, karena beliau tidur di pembaringan Rasullulah untuk menggantikannya tanpa sedikitpun merasa gelisah, cemas, khawatir dan takut.

Imam Ja'far: Begitu pula Abu Bakar, sesungguhnya ia bersama Nabi saw tanpa sedikitpun merasa gelisah, cemas, khawatir dan takut.

Rafidhi: Sesungguhnya Allah swt telah berfirman berlainan dengan apa yang engkau katakan!

Imam Ja'far: Apa bunyinya?

Rafidhi: Allah berfirman:
إِذْيَقُولُلِصَاحِبِهِ,لاَتَحْزَنْإِنَّاللهَمَعَنَا
yang berarti Abu Bakar mempunyai perasaan gelisah, cemas khawatir dan takut?

Imam Ja'far: Tidak! karena kata sedih (
حزن ) bukanlah gelisah, cemas, khawatir atau takut. Abu Bakar merasa sedih karena Nabi saw akan dibunuh, sehingga beliau tidak akan dapat lagi membela dan melayani agama Allah swt. Abubakar tidak bersedih karena memikirkan dirinya sendiri, ketika ia disengat lebih dari seratus sengatan ular, ia bertahan merasakan sengatan itu, tidak gelisah, tidak bangun dari tempatnya bahkan tidak bergerak sedikitpun.

Rafidhi: Allah swt berfirman:
إِنَّمَا وَلِّيُكُمْ اللهُ وَرَسُوْلُهُ وَالَّذِيْنَ آ مَنُوا الَّذِيْنَ يُقِيمُوْنَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).

Ayat tersebut turun berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib ketika ia sedang ruku', ia memberikan cincinnya sebagai sedekah. Dan Rasulullah saw bersabda:
الحمد لله الذي جعلها فيَّ و في أهل بيتي (segala puji bagi Allah yang telah menjadikan pahala sedekah itu untuknya dan untuk keluarganya).

Imam Ja'far: Ayat yang turun sebelumnya pada surah tersebut mempunyai keutamaan yang lebih besar lagi. Allah swt berfirman:
يَاأَيُّهَّا الَّذِيْنَ آ مَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.

Yang dimaksud di atas adalah murtad setelah Rasulullah saw wafat. Sebagian orang Arab murtad dan tidak mau menyerahkan zakat setelah Rasulullah wafat. Kaum kafir tersebut berkumpul di Nahawan dan berkata: Orang yang yang telah menyebarkan agama Allah telah meninggal. Sehingga Umar bin Khottob berkata kepada Abubakar: 'Terimalah sholat mereka, tinggalkanlah zakat mereka'. Abubakar berkata: 'Jika saja mereka menolakku untuk mengambil zakat mereka walaupun sekedar tali leher onta sebagaimana pernah diperintahkan oleh Rasulullah saw, maka akan aku perangi mereka, sekalipun mereka semua berkumpul melawanku, tetap akan aku perangi sendirian'. Ayat tersebut menunjukkan bahwa Abubakar lebih utama.

Rafidhi: Sesungguhnya Allah saw telah berfirman:
يُنْفِقُونَ أمْوَالَهُمْ بِالَّلَيلِ وَ النَّهَارِ سِرًّا وَ عَلاَنِيَةً
Orang-orang yang menginfaqkan hartanya pada waktu malam dan siang Dalam keadaan rahasia maupun terang-terangan.

Ayat tersebut turun berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib yang menginfaqkan hartanya sebesar empat dinar. Beliau menginfaqkan satu dinar pada malam hari, satu dinar pada siang hari, satu dinar dengan cara rahasia dan satu dinar lagi beliau infaqkan dengan terang-terangan.

Imam Ja'far: Abu Bakar Shiddiq lebih utama lagi dari peristiwa tersebut.

Alquran menggambarkan beberapa ayat yang turun berkenaan dengan Abu Bakar Shiddiq. Allah swt berfirman:
وَاللّيلِ إِذَا يَغْشى , وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلّى , وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالأنْثى , إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّى , فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقى , وَصَدَّقَ بِالْحُسْنى (Abubakar), فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرى (Abubakar),وَ سَيُجَنَّبُهَا الأَتْقى , الَّذِي يُؤْتِي مَالُهُ يَتَزَكَّى(Abubakar) وَمَا لأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزى , إِلاَّ ابْتِغَاءَ وَجْهُ رَبِّهِ الأَعْلى, وَلَسَوْفَ يَرْضى (Abubakar)
Abubakar Shiddiq telah menginfaqkan hartanya kepada Rasulullah saw sebesar empar puluh ribu dinar hingga ia menjadi orang yang fakir. Maka Malaikat Jibril pun diutus Allah swt untuk bertemu Nabi saw, dan berkata: 'Sesungguhnya Allah swt menyampaikan salam kepadamu'. Kemudian Jibril berkata: 'Sampaikan salamku kepada Abu Bakar. Dan tanyakan kepadanya, apakah engkau (wahai Abubakar) ridho atas kefakiranmu ini ataukah tidak? Abu bakar menjawab: Apakah aku pantas tidak ridho kepada Allah swt? Sesungguhnya saya sangat ridho! (diucapkan tiga kali). Dan Allah akan memenuhi janji kepada orang yang diridhoi-Nya.

Rafidhi: Akan tetapi Allah swt berfirman berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib:
أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيْلِ اللهِ لاَ يَسْتَوُوْنَ عِنْدَاللهِ

Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus masjidil haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah.

Imam Ja'far: Begitu pula dengan ayat alquran yang turun berkenaan dengan Abubakar. Allah swt berfirman:
لاَ يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَّنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُوْلَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلاً وَعَدَاللهُ الْحُسْنى وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Haddid: 10)

Sesungguhnya Abubakar adalah orang pertama yang menginfaqkan hartanya kepada Rasulullah saw, pertama kali yang berjihad bersama Rasulullah saw. Ketika orang-orang musyrik datang menganiaya Nabi saw hingga berdarah di Makkah, berita tersebut terdengar oleh Abubakar, segera beliau mendatangi Nabi saw dan seraya berkata kepada kaum musyrikin: 'Celakalah kamu, apakah kamu sekalian ingin membunuh seorang yang berkata Allah swt adalah Tuhannya di mana kebenaran itu telah datang kepadamu melalui Tuhanmu?' Maka kaum musyrikin tersebut meninggalkan Nabi saw dan membawa Abubakar serta memukulnya hingga tidak terlihat jelas hidung di wajahnya ( karena tertutup oleh darah akibat pukulan kaum musyrikin).

Abubakar adalah orang yang pertama berjihad di jalan Allah swt. Orang yang pertama berperang bersama Rasulullah saw, orang yang pertama menginfaqkan hartanya, sehingga Rasulullah saw bersabda: 'Tidaklah bermanfaat bagiku suatu harta sebagaimana harta Abubakar'.

Rafidhi: Akan tetapi Ali bin Abi Thalib tidak pernah menyekutukan Allah swt sekejap matapun.

Imam Ja'far: Sesungguhnya Allah swt telah memuji kepada Abubakar dengan berbagai macam pujian. Allah swt berfirman pada surat al-Zumar 33:
وَالَّذِي جَاءَ بِالصِدْقٍ (Rasulullah saw) , وَصَدَّقَ بِهِ (Abubakar)

Ketika kaum musyrikin saat itu berkata kepada Nabi saw:

'engkau adalah seorang pendusta' , tetapi Abubakar berkata kepada Nabi saw: 'engkau adalah seorang yang benar'. Maka turunlah ayat ini yang merupakan ayat tashdiq (pembenaran) yang khusus ditujukan kepada seorang yang taqwa, suci, ridho dan diridhoi, dan menunaikan segala amanah.

Rafidhi: Akan tetapi cinta kepada Ali bin Abi Thalib diwajibkan dan hal itu terdapat dalam kitabullah. Allah swt berfirman dalam surat al-Syura ayat 23:
قُلْ لاَّ أسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إَلاَّ الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبى
Tidaklah aku minta kepada kalian, kecuali kecintaan kalian kepada keluargaku.

Imam Ja'far: Begitu pula dengan Abubakar. Allah swt berfirman dalam surat al-Hasyr 10:
وَالَّذِينَ جَاءُ وا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُوْنَا بِالإِيمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلاًّ لّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفُ رَّحِيمٌ
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor),mereka berdoa: 'Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman, Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau maha penyantun lagi maha penyayang.

Abubakar termasuk orang-orang terdahulu dalam beriman, maka istighfar baginya adalah wajib, cinta kepadanya adalah wajib, dan benci kepadanya adalah suatu perbuatan kufur.

Rafidhi: Nabi saw bersabda:
الحَسَنُ وَالحُسَينُ سَيِّدًا شَبَابِ أَهْلِ الجَنَّةِ وَاَبُوهُمَا خَيْرٌ مِنْهُمَا
Hasan dan Husein adalah penghulu pemuda ahli surga, dan ayahnya lebih baik dari keduanya.

Imam Ja'far: Abubakar mempunyai kedudukan yang lebih utama dari yang demikian itu, sebagaimana ayahku meriwayatkan kepadaku dari kakekku dari Ali bin Abi Thalib: "Ketika aku bersama Nabi saw dan tidak ada orang selain diriku, datanglah Abubakar dan Umar, maka Nabi saw berkata:
يَا عَلي! هَذَانِ سَيِّدًا كُهُوْلِ أَهْلِ الجَنَّةِ وَشَبَابُهُمَا , … لاَ تَخْبرهُمَا يَا عَلي , مَا دَامَا حَيَّين
'Wahai Ali kedua orang ini adalah penghulu orang dewasa dan pemuda penghuni surga, … janganlah engkau beritahukan kabar ini selama keduanya masih hidup'. Maka tidak aku beritahukan hal itu kepada salah seorang pun hingga mereka berdua meninggal dunia.

Rafidhi: Mana yang lebih utama, Fathimah binti Rasulullah saw atau Aisyah binti Abubakar Shiddiq?

Imam Ja'far:
(
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم)ِ. ( يس , وَالْقُرْآنِ الْحَكِيْمِ ) , ( حم , وَالْكِتَابِ الْمُبِيْنِ )

Saya bertanya kepada anda mana yang lebih utama Yasin atau Haa miim? Berdasarkan hal itu mana yang lebih utama Fathimah binti Nabi saw atau Aisyah binti Abubakar Shiddiq, bacalah alquran?!

Aisyah binti Abubakar Shiddiq bersama Rasulullah saw di surga, dan Fathimah binti Nabi saw adalah penghulu kaum wanita penghuni surga. Allah swt melaknat hambanya yang mencemarkan kehormatan isteri Rasulullah saw serta membinasakan hambanya yang membenci Fathimah binti Rasulullah saw.

Rafidhi: Aisyah telah membunuh Ali bin Abi Thalib, padahal ia adalah isteri Rasulullah saw.

Imam Ja'far: Sungguh celaka engkau! Allah swt berfirman (Al-Ahzab 53):
وَمَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوْا رَسُوْلُ اللهِ
Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah.

Rafidhi: Abubakar, Umar, Usman dan Ali, apakah kekhalifahan mereka terdapat dalam alquran?

Imam Ja'far: Ya, bahkan dalam kitab Taurat dan Injil. Allah swt berfirman:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلاَئِفَ الأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ
Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi dan Dia yang meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat.
اَمَّن يُجِيبُ المُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الأرْضِ
Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan menjadikanmu (manusia) sebagai khalifah di muka bumi?
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكَّنَنَّ لَهُمْ دِينُهُمْ الَّذِي ارْتَضى لَهُمْ
Dan Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka khalifah (berkuasa) di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka khalifah (berkuasa), dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka.

Rafidhi: Wahai anak Rasulullah, di mana dalam kitab Taurat dan Injil yang menceritakan kekhalifahan mereka?

Imam Ja'far: Allah swt berfirman:
مُحَمَّدٌ رَّسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ (Abubakar) , أَشِدَّاءُ عَلَى الكُفَّارِ (Umar) , رُحَمَاءُ بِيْنَهُمْ(Usman) , تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدَا يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللهِ وَرِضْوَانًا (Ali) , سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مَِنْ أَثَرِ السُجُودِ (para sahabat Nabi saw) , ذَالِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإِنْجِيلِ

Apa makna yang terdapat dalam Taurat dan Injil tersebut? Yaitu: Muhammad adalah seorang Rasul dan khalifahnya sesudahnya Abubakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib. Tampak wajah Rafidhi itu belum dapat menerima penjelasan Imam Ja'far, maka beliau berkata: 'Celakalah engkau! Allah swt berfirman:
كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ (Abubakar), فَاسْتَغْلَظَ (Umar), فَاسْتَوى عَلَى سُوْقِهِ (Usman) يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمْ الكُفَّارَ (Ali bin Abi Thalib) وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُواالصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَاَجْرًا عَظِيْمًا (para sahabat Rasulullah saw)

Rafidhi: Wahai anak Rasulullah, apakah hal ini terdapat dalam alquran?

Imam Ja'far: Ya. Allah swt berfirman:
وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ (Abubakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib),وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالحَقِّ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُوْنَ

Rafidhi: Wahai anak Rasulullah, Apakah Allah swt akan menerima taubatku yang telah membedakan keutamaan antara Abubakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib?

Imam Ja'far: Ya, pintu taubat selalu terbuka, maka perbanyaklah istighfar bagi mereka. Jika engkau selalu membeda-bedakan di antara mereka, maka engkau akan meninggal bukan dalam kesucian Islam, dan kebaikan engkau seperti amalan para orang-orang kafir yang tidak bermanfaat.

Setelah peristiwa dialog itu, Rafidhi tersebut bertaubat. 


Sumber :

BUNGA RAMPAI KEUTAMAAN DZAT AHLULBAIT

Oleh : Aidarus Alwee Almashoor

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "CINTA AHLUL BAIT, CINTA SAHABAT"

  1. terimakasih banyak, teman-teman.. membaca artikel ini membuat saya kembali bersemangan untuk blogging.. terimakasih.

    ReplyDelete

Silahkan komentar yg positip