//

AL HABIB AL WALID AHMAD bin ABDULLAH bin MUCHSIN ASSEGAF, Annasabah Alawiyah

AL HABIB AL WALID AHMAD bin ABDULLAH bin MUCHSIN ASSEGAF, 

Annasabah Alawiyah





Al-Habib Al-Walid Ahmad bin Abdullah bin Muchsin Assofie Assegaf lahir pada tahun 1299 H di kota Syihr ibukota Hadramaut ketika itu,Al-Habib lahir saat Ayahnya sedang berdakwa dikota tersebut. Ketika berumur empat tahun Al-Habib beserta ayahnya dan keluarga pergi kekota Sewun yang dikenal sebagai kota ilmu yang banyak menghasilkan ulama,orang-orang mulia dan orang-orang shaleh. Sewun merupakan kota asal nenek moyang Al-Habib yang hidupnya senantiasa berada dibawah naungan ilmu dan asuhan para ulama.Al-Habib mempelajari berbagai macam ilmu diantaranya ilmu ushuludin,fiqih,ilmu bahasa,sastra dan tasawuf.


Setelah itu Al-Habib pergi ke Tarim,kota pusatnya para ulama,tempat tinggal orang-orang saleh dimana Al-Habib berkecimpung di majlis-majli ilmu dan berhubungan dengan ulama besar untuk menimbah ilmu dari mereka. Selalu dekat bersama-sama dan menghirup berbagai macam ilmu,laksana minuman curahan air bah dengan kepuasaan hati, sehingga para ulama memuji kepandaian dan keunggulaanya. Di antara ulama tersebut adalah Al Allamah AL Imam Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Husin Al Masyhur Shahabuddin, Mufti Hadramaut dan seorang ahli nasab silsilah Alawiyin Shohibul Fatwa, serta penyusun kitab yang utama dalam ilmu nasab yaitu Syamsuzhahirah.

Keluarga Al-Habib dikenal dengan ketinggian ilmunya,ketakwaan dan kesalehannya.Mereka dikenal sebagai cikal bakal para ulama Sewun yang menimbah ilmu secara turun temurun dari kakek sampai ke anak cucu. Diantara mereka adalah ulama,cendikiawan mubalig dan perintis pergerakan. Ayah Al-Habib adalah salah seorang ulama yang menghabiskan masa hidupnya untuk berdakwa ,menyebarkan ilmu pengetahuan,ilmunya luas serta terkenal akan kehebatannya. Sedangkan kakek Al-Habib yakni Al Allamah Al-Habib Muchsin bin Alwi Assegaf lebih tinggi lagi keunggulannya dari yang telah kita sebutkan diatas’mengungguli banyak suku dan gabilah dan perjalanan hidupnya tercatat didalam sejarah sebagai tonggak keadilan dan kebenaran.


Al-Habib Ahmad pada tahun 1303 H datang ke Indonesia datang mengunjungi saudaranya yang tertua yaitu Al-Habib Muhammad bin Abdullah bin Muchsin Assegaf di pulau Bali. Al-Habib tinggal di Bali untuk beberapa saat lamanya kemudian melanjutkan perjalanan ke Surabaya. Di Surabaya Al-Habib beberapa perintis pergerakan Islam dan para cendikiawan. Mereka membahas tentang kebangkitan pergerakan keturunan Arab dan kaum muslim di masa mendatang . Juga mengadakan perbaikan-perbaiakn untuk kemajuan kaum Musli sehingga tergeraklah cita-cita dan keinginan sekelompok jamaah yang cinta yang cinta kepada kebaikan di Surabaya, Gresik dan Jakarta. Al-Habib adalah orang yang pertama yang menjadi pimpinan di Madrasah Al Khairiyah. Mulai saat itu Al-Habib memimpin dengan bijaksana dan dikenal dengan cerdik pandai yang ahli dalam bidang pendidikan.


Di Surabaya ini Al-Habib menikah dan memiliki beberapa orang putra,setelah itu pindah ke Solo menjadi pengurus disebuah sekolah dan menjadi peimpin yang terkemuka hingga Al-Habib menjadi buah bibir dimanapun berada. Semua orang mengakui keunggulannya namun Al-Habib tiada henti-hentinya belajar untuk menambah ilmupengetahuan. Pada malam hari Al-Habib belajar disebuah sekolah memperdalam ilmu pendidikan, psikology, dan ilmu lain yang menunjang dalam bidang pendidikan. Dalam waktu singkat Al-Habib mampu menguasai ilmu-ilmu itu bahkan guru Al-Habib di bidang psikologi mengakui keunggulannya sbagai murid yang cerdas dan meramalkannya akan menjadi maha guru.


Sewaktu beliau menyampaikan pelajaran, sahabat-sahabat beliau yang orang pribumi diantaranya para seniman sangat kagum dan mengakuinya kemahirannya dalam di bidang pendidikan disiplin dan manajemen sekolah. Para murid dan orang tua murid juga kagum kepada Al-Habib.


Al-Habib juga berdagang antara Jakarta dan Solo disamping itu Al-Habib tetap tidak melalaikan cita-citanya dan keinginannya dalam bidang yang diminatinya,yaitu mengadakan perbaikan dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Dari Solo Al-Habib pindah ke Jakarta dan menjadi pemimpin di Sekolah Jami’at Khair, Al-Habib mengadakan pergerakan khusus dengan bantuan para cendikiawan dan membuka kelas baru untuk para pelajar dan menyusun tata tertib untuk para pelajar putra-putri,juga mengarang buku-buku pelajaran dan lagu-lagu sekolah yang digubahnya sendiri.Buku-buku tersebut terdiri dari buku agama,sastra,akhlak dan buku umum tentang keagamaan. Setelah itu datanglah utusan dari seluruh penjuru pulau Jawa,Sumatra, dan lain-lainnya. Disamping itu datang pula para pelajar dari kepulauan Indonesia dan Malaysia meminta supaya dikirimkan guru-guru. Datang pula surat dari Mukalla dan Syihr meminta supaya Al-Habib memimpin pengajaran disana.

Pada waktu Al-Habib berada di Jakarta bertepatan dengan adanya pergerakan Ar-Rabitha Al-Alawiyah yang mana Al-Habib adalah salah satu ulama penggerak baik pikiran maupun tulisan. Al-Habib mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam memberikan petunjuk dan pengarahan serta menyeruh kepada persatuan dan perdamaian. Pendekatan semua itu dapat dilihat dalam syair ,qasidhahdan nyanyian yang menyerukan kepada persatuan. Oleh karena itu tidak patut bagi kita untuk tidak mengenal Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Muchsin Assegaf ini dengan melihat peninggalannya berupa karya sastra yang sangat tinggi mutunya dan Al-Habib merupakan salah satu Pilar Utama dalam pergerakan Alawiyin di Indonesia ini. Al-Habib juga menjadi pengasuh di majalah Ar-Rabithah Al-Alawiyah dimana misi dari majalah ini adalah menyerukan dan mengarahkan kepada pembahasan ilmiah, sejarah, sastra dan kemasyarakatan. Majalah ini punya nilai sejarah yang sangat tinggi yang diterbitkan di kepulauan ini. Al-Habib sangat benci dengan penjajahan dan setiap langkahnya selalu berjuang, ketika terjadi Konggres Muallimin di Pekalongan Al-Habib adalah salah satu orang yang menentang dan memutuskan untuk tidak mengikuti sistim yang dibentuk oleh pemerintah Belanda melainkan mengambil sistim pengajaran yang dipakai di negara Islam seperti Mesir dan lain-lain, dengan menjadikan bahasa Arab sebagai pengantar dan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran tambahan.

Al-Habib yang berjiwa besar ini banyak memberikan sumbangan berupa pandangan dan pengarahan sehingga buku-buku cerita yang dikarangnya pun tak epas dari unsur-unsur falsafah hidup. Ini dapat kita lihat dalam buku cerpenya yang berjudul “Fatat Qarut (Gadis Garut)”, sekarang sudah dicetak menjadi buku dalam edisi bahasa Indonesia. Karya sastra ini sangat indah dan patut untuk di baca dan mengandung budaya bangsa dan syair-syair.


Setelah Al-Habib kembali ke Solo di saat tentara Jepang datang menyerbu pemerintah Hindia Belanda dan terjadi pertempuran sengit. Tak lama Al-Habib pun pindah ke Jakarta kembali dan mengajar di Kalibata dan kemudian terpikir oleh Al-Habib untuk kembali ke Hadramaut. Banyak karya-karya Al-Habib yang disebarluaskan untuk sebagai buku pelajaran di Madrasah-madrasah. Diantaranya adalah cerita-cerita yang berisi masalah pendidikan seperti Fatat Garut (gadis Garut),Thohayat Tasahul,dan Ash-Shabara wats Tsabat (berisi tentang cara hidup yang baik di dalam masyarakat untuk mencapai kemulian dunia dan akhirat),buku-buku pendidikan dan ilmu jiwa, Sejarah Banten,Sejarah masuknya Islam di Indonesia. Keahlian Al-Habib didalam syair mendapat pengakuan dari banyak ahli syair di negara Arab. Selain itu Al-Habib juga punya keahlian di bidang kerajinan tangan dan elektronika dan Al-Habib pernah membuat sebuah alat musik yang dinamakan Alarangan.


Dan diantara karya Al-Habib yang paling monumental adalah kitab mengenai “Ilmu Nasab” yaitu KHIDMATUL ASYIRAH, kitab ini Al-Habib buat sebagai ringkasan dari kitab Syamsud Azh-Zhahirah untuk mempermudah bagi para penelaah / orang yang cinta dengan ilmu nasab. Dalam kitab ini Al-Habib menguraikan secara sistimatis mengenai nasab dan memberikan tambahan agar setiap orang memelihara kesucian nasabnya dengan ahlak yang mulia sebab ini merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang. Karena tidaklah mudah untuk melaksanakannya, apalagi menjaga nasab sebagai ikatan penyambung keturunan serta asal-usul kembalinya keturunan seseorang kepada leluhurnya. Riwayat seseorang diteliti dengan seksama supaya terjaga kesucian nasabnya dengan tertibnya susunan dari awal sampai akhir dengan jelas dan benar. Dengan segala jerih payah Al-Habib berusaha menyempurnakan isi buku ini walaupun Al-Habib mempunyai kesibukan yang luar biasa,apalagi penulisan buku ini harus didukung dengan suasana yang tenang . Segala rintangan yang duhadapinya membuat Al-Habib tegar pantang mundur demi melaksanakan niat dan keinginan untuk menyusun sejarah nasab Alawiyin yang merupakan pekerjaan yang sangat mulia . Dan tiada berharga kitab ini kecuali bagi orang yang mempunyai sifat mulia.

Di dalam kitab ini Al-Habib menambahkab catatan beberapa orang yang terkemuka serta para ulama yang hidup sekitar tahun 1307-1365 H,saat menulis kitab ini sekitar tahun1363 Al-Habib menghitung terdapat lebih dari 300 qabilah dan kitab ini pertama kali diterbitkan di Solo Rabiul Awal 1365 H pada kesempatan ini alfaqier coba tampilkan hanya 149 qabilah yang ada tanpa menyebut keturunan dari Sayyidina Hasan RA.


Silahkan lihat di : Daftar Gabilah Nasab Al Alawiyin


Akhir hayat dari Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Muchsin Assofie Assegaf penuh dengan kemuliaan. Al-Habibpun berniat pulang kenegeri asal setelah melihat generasi penerusnya telah bangkit semangatnya ,yang telah Al-Habib saksikan dalam kehidupannya dan atas didikan serta jerih payah yang telah Al-Habib berikan banyak diantara mereka yang mengembangkan ilmunya dalam bidang sastra dan seni. Murid-murid dan teman-teman Al-Habib mengakui akan kemuliaan dan keagungan yang tampak dalam bait-bait syair perpisahan yang dikarangnya. Mereka melepas kepergian Al-Habib dengan kesedihan yang dalam. Maka berangkatlah Al-Habib Ahmad bin Abdullah Assegaf dari Jakarta pada hari Selasa 22 Jumadil Awwal 1369 H. ALLAH telah menentukan umurnya ketika Al-Habib sampai ditengah laut,maka wafatlah seorang Allamah,Pujangga,Ahli Nasab,Organisatoris Ulung, Pendidik Yang berhati Mulia dan masih banyak lagi keahlian yang Al-Habib miliki.Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roojiu’n . Dan yang sangat disayangkan adalah banyak karya Al-Habib yang belum sempat dibukukan yang ikut terkubur ditengah laut termasuk semua perbekalan yang Al-Habib bawa. Kita kehilangan lagi seorang yang besar tampa ada pengganti yang sekelas dan setara dengan Al-Habib.


Bila kita tidak berbuat sekarang maka ilmu nasab ini akan hilang seperti meninggalnya orang-orang besar sebagai pendahulu kita,sekarang sudah saatnya kita secara bersama-sama mempersiapkan kader-kader yang baru untuk menjaga kemurnian dan kesucian nasab kita ini.


Akhir kalam alfaqier mohon maaf bila ada kesalahan dalam penguraian sejarah ini.


===========0o0===========

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "AL HABIB AL WALID AHMAD bin ABDULLAH bin MUCHSIN ASSEGAF, Annasabah Alawiyah"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip