//

Keutamaan Dzatiyah dan Keutamaan Amaliyah


http://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2013/08/yang-terbaik-diantara-kamu-sekalian.html

 
Mereka mengingatkan dan menyampaikan pendapat mereka dengan firman Allah dalam Surah Al-Hujurat ayat ke-13 :
                                       
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.[QS. Al-Hujurat (49) : 13]

"kemudian mereka  mengikutinya dengan pendapat mereka bahwa “bukan dari keturunan yang mulia” maksud mereka adalah bukan dari kalangan ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam".


Apa maksud mereka  ?

Apakah ulama yang sholeh dari kalangan Ahlul Bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mustahil termasuk orang yang paling mulia di sisi Allah ?

Apakah ulama yang sholeh dari kalangan Ahlul Bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mustahil termasuk orang paling bertaqwa ?

Innalillahi wa inna ilaihi rojiun....!!!!

Semakin jelas ada dikalangan mereka yang memusuhi atau membenci Ahlul Bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dengan sendirinya mereka berdusta ketika bersholawat mengatakan  “wa ala ali Muhammad”

Imam Syafi’i ~rahimahullah bersyair,
Wahai Ahlul-Bait Rasulallah, mencintai kalian adalah kewajiban dari Allah diturunkan dalam al-Quran cukuplah bukti betapa tinggi martabat kalian tiada sholat tanpa shalawat bagi kalian.” 

Nabi s.a.w.bersabda,
"Yang terbaik diantara kamu sekalian ialah yang terbaik perlakuaannya terhadap ahlulbaiytku, setelah aku kembali kehazirat Allah." (Hadis Sahih dari Abu Hurairah r.a. diriwayatkan oleh al-Hakim, Abu Ya'la, Abu Nu'aim dan Addailamiy) 

Ulama yang sholeh dari kalangan Ahlul Bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mendapatkan pengajaran agama dari orang tua-orang tua mereka terdahulu yang tersambung kepada Imam Sayyidina Ali ra yang mendapatkan pengajaran agama langsung dari lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sehingga terjaga kemutawatiran sanad, kemurnian agama dan akidahnya. Tidak bercampur dengan akal pikiran manusia yang di dalamnya berunsurkan hawa nafsu atau kepentingan atau tidak bercampur dengan hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarkan oleh kaum Zionis Yahudi.

Jadi dengan terjaga kemutawatiran sanad, kemurnian agama dan akidahnya maka ulama yang sholeh dari kalangan Ahlul Bait, 
keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lebih besar kemungkinannya untuk termasuk orang yang paling mulia di sisi Allah atau termasuk orang yang paling bertaqwa.
  
Dalam Alquran disebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.
Sebagai contoh para sahabat nabi, mereka adalah orang-orang yang mulia walaupun mereka bukan dari kalangan ahlul bait. Memang benar, bahwa mereka semuanya sama-sama bertaqwa, taat dan setia kepada Allah dan Rasul-Nya. Persamaan keutamaan itu disebabkan oleh amal kebajikannya masing-masing.

Akan tetapi ada keutamaan yang tidak mungkin dimiliki oleh para sahabat nabi yang bukan ahlul bait. Sebab para anggota ahlulbait secara kodrati dan menurut fitrahnya telah mempunyai keutamaan karena hubungan darah dan keturunan dengan manusia pilihan Allah yaitu nabi Muhammad saw. 
Hubungan biologis itu merupakan kenyataan yang tidak dapat disangkal dan tidak mungkin dapat diimbangi oleh orang lain.

Sebagaimana ayat yang terdapat dalam alquran surat al-An’am ayat 87, berbunyi:
ومن أبآئهم وذرّيّتهم وإخوانهم …

“(dan kami lebihkan pula derajat) sebahagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka dan saudara-saudara mereka…”

Ayat di atas jelas memberitahukan bahwa antara keturunan para nabi, (khususnya keturunan nabi Muhammad saw), dengan keturunan lainnya terdapat perbedaan derajat keutamaan dan kemuliaan, hal ini didasari oleh sabda Rasulullah saw yang ditulis dalam kitab Yanabbi’ al-Mawwadah:
نحن اهل البيت لا يقاس بنا
“Kami Ahlul Bait tidaklah bisa dibandingkan dengan siapapun”.


Imam Ali bin Abi Thalib dalam kitab Nahj al-Balaghoh berkata,
‘Tiada seorang pun dari umat ini dapat dibandingkan dengan keluarga Muhammad saw’.

Imam Ali mengatakan bahwa  
tiada orang di dunia ini yang setaraf (sekufu’) dengan mereka, tiada pula orang yang dapat dianggap sama dengan mereka dalam hal kemuliaan.


Turmudzi meriwayatkan :
sebuah hadits berasal dari Abbas bin Abdul Mutthalib, ketika Rasulullah ditanya tentang kemuliaan silsilah mereka, beliau menjawab:

ان
الله خلق الخلق فجعلني في خيرهم من خيرهم قرنا ثم تخير القبائل فجعلني من
خير قبيلة ثم تخير البيوت فجعلني من خيربيوتهم فأنا خيرهم نفسا و خيرهم
بيتا

“Allah menciptakan manusia dan telah menciptakan diriku yang berasal dari jenis kelompok manusia terbaik pada waktu yang terbaik. Kemudian Allah menciptakan kabilah-kabilah terbaik, dan menjadikan diriku dari kabilah yang terbaik. Lalu Allah menciptakan keluarga-keluarga terbaik dan menjadikan diriku dari keluarga yang paling baik. Akulah orang yang terbaik di kalangan mereka, baik dari segi pribadi maupun dari segi silsilah“.

Lebih-lebih lagi setelah turunnya firman Allah swt dalam surah Al-Ahzab ayat 33 yang berbunyi:

إنّما يريد الله ليذهب عنكم الرّجس اهل البيت ويطهّركم تطهيرا

“Sesungguhnya Allah swt bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlu al-bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.
  
Sehingga Rasulullah saw memberikan peringatan yang ditegaskan dalam sabdanya:

ياأيهاالناس إن الفضل والشرف والمنزلة والولاية لرسول الله وذريته فلا تذ هبن الأباطيل

“Hai manusia bahwasanya keutamaan, kemuliaan, kedudukan dan kepemimpinan ada pada Rasulullah dan keturunannya. Janganlah kalian diseret oleh kebatilan”.

Walaupun para ahlil bait Rasulullah menurut dzatnya telah mempunyai keutamaan, namun Rasulullah tetap memberi dorongan kepada mereka supaya memperbesar ketaqwaan kepada Allah swt, jangan sampai mereka mengandalkan begitu saja hubungannya dengan beliau. Karena hubungan suci dan mulia itu saja tanpa disertai amal saleh tidak akan membawa mereka kepada martabat yang setinggi-tingginya di sisi Allah.
Dengan keutamaan dzatiyah dan keutamaan amaliyah, para ahlul bait dan keturunan rasul memiliki keutamaan ganda, keutamaan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Keutamaan ganda itulah (khususnya keutamaan dzatiyah) yang mendasari pelaksanaan kafa’ah di kalangan keturunan Rasullulah.

Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad dalam syairnya menulis:

"Ahlul Bait Musthofa, mereka adalah orang-orang suci
Mereka pemberi keamanan di muka bumi
Mereka ibarat bintang-bintang yang bercahaya
Demikianlah sunnatullah yang telah ditentukan
Mereka ibarat bahtera penyelamat dari segala topan (bahaya) yang menyusahkan Maka menyelamatkan dirilah kepadanya Dan berpegang teguhlah kepada Allah swt serta memohon pertolongan-Nya
Wahai Tuhanku, jadikanlah kami orang yang berguna atas berkah mereka. Tunjukkanlah kepada kami kebaikan dengan kehormatan mereka Cabutlah nyawa kami di atas jalan mereka Dan selamatkanlah kami dari berbagai macam fitnah."

Al habib Abdullah bin Muhsin Al atthos :
"Sesungguhnya tidak tampaknya khususiyah ahlu bait Rasulullah saw beserta kesempurnaan mereka dihadapan manusia seluruhnya adalah rahmat, karena andaikata khususiyah dan kesempurnaan ini ditampakkan, maka wajib (artinya pasti) bagi siapapun yg mengetahuinya untuk menghormati dan mengagungkan keistimewaan dan kesempurnaan mereka dengan pengagungan yg pantas atas mereka. Dan pengagungan ini adalah hal yang membuat manusia terhebat sekalipun tidak mampu menanggung bebannya. Maka apa yang tampak dari sifat basyariyah ahlu bait adalah hijab atas khususiyah mereka. MAHABBAH adalah cara awal dalam membuka lapis lapis hijab yg amat rapat ini. Dan dgn mencintai mereka, kian tampak cayaha yg akan menerangi kita dan akan menuntun kita kepada kebenaran yg nyata. Sedangkan kebencian terhadap mereka akan menampakkan kebalikannya".

(Bahjatut tholibin. Hb Zain bin Ibrahim bin Sumaith. Hal. 30).
2013@abdkadiralhamid

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Keutamaan Dzatiyah dan Keutamaan Amaliyah"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip