//

Kisah al-’Utbiy di dalam Tafsir ibn Katsir, Salah Satu Dalil Legalitas Tawassul Kepada Nabi Shollallaahu ‘Alaihi Wa Sallam setelah Wafatnya Beliau


Bismillah ar-Rahmaan ar-Rahiim
Tawassul kepada Nabi Muhammad Shollallaahu ‘Alaihi Wa Sallam setelah wafatnya beliau adalah diperbolehkan. Ibn Katsir (Abu al-Fida’ Isma’il bin Umar bin Katsir al-Qarasyi ad-Dimisyqi, lahir 701 H, wafat 774 H) di dalam menafsirkan QS. An-Nisaa’: 64, beliau menjelaskan:
Dan firman-Nya:
“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisaa’: 64)
Allah Ta’ala memberikan petunjuk bagi orang-orang yang bermaksiat dan berdosa, jika ada diantara mereka yang terjatuh ke dalam perbuatan dosa dan maksiat, hendaknya ia mendatangi Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wa sallam, dan hendaknya pula ia memohon ampun kepada Allah Ta’aala disisi beliau, dan meminta pula kepada beliau untuk memohonkan ampun kepada Allah Ta’aala atas dosa-dosa mereka. Maka barangsiapa diantara mereka melakukan hal yang demikian ini, maka Allah Ta’aala akan menerima taubat mereka, menyayangi mereka, dan mengampuni dosa-dosa mereka. Dan inilah perwujudan dari firman-Nya:   – “Tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. “
Dan telah disebutkan oleh jama’ah dari kalangan mereka: Syaikh Abu Nashr bin ash-Shibagh di dalam kitabnya “Asy-Syaamil” sebuah hikayah yang masyhur dari al-‘Utbiy, ia berkata: Suatu ketika aku duduk di samping makam Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa sallam, kemudian datang seorang A’rabiy yang berkata: Assalaamu ‘alaika Ya Rasulallaah, sungguh aku mendengar Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisaa’: 64)
Dan oleh sebab itulah, aku mendatangi engkau untuk memohon ampun atas dosa-dosaku dan memohon syafa’at dengan perantaraan engkau kepada Allah Ta’aala.
Kemudian ia melantunkan sebuah sya’ir:
Wahai sebaik-baik orang yang jasadnya disemayamkan di tanah ini…
Sehingga semerbaklah tanah dan bukit karena jasadmu…
Jiwaku sebagai penebus bagi tanah tempat persemayamanmu…
Di sana terdapat kesucian, kemurahan, dan kemuliaan…
Kemudian, orang A’rabiy tersebut pergi. Dan aku pun terserang kantuk kemudian tertidur. Dalam tidurku aku bermimpi bertemu dengan Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa sallam, dan Beliau Shollallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai ‘Utbiy, susullah orang A’rabiy tadi dan sampaikan kepadanya bahwasanya Allah Ta’aala telah mengampuni dosa-dosanya”
(Disarikan dari Tafsir ibn Katsir, QS. An-Nisaa’: 64)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah al-’Utbiy di dalam Tafsir ibn Katsir, Salah Satu Dalil Legalitas Tawassul Kepada Nabi Shollallaahu ‘Alaihi Wa Sallam setelah Wafatnya Beliau"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip